Selasa, 20 April 2010
Menemukan Kebahagiaan dalam Diri
Setiap orang memiliki pendapat dan definisi yang berbeda tentang kebahagiaan. Untuk lebih memudahkan saya mencoba untuk membagi ke dalam 3 macam tipe manusia yang mendefinisikan arti bahagia.
Tipe I adalah orang yang mengatakan bahwa dirinya akan merasa bahagia jika apa yang telah lama diinginkannya dapat tercapai. Biasanya orang tipe I ini mengapresiasikan kebahagiaan dengan banyaknya benda – benda material yang dapat dimiliki (materialism). Misalnya orang tipe I ini akan merasa bahagia jika ia dapat memiliki sebuah rumah mewah dan megah dan tinggal di dalamnya, atau ia akan merasa bahagia jika dapat memiliki banyak mobil mewah. Dengan kata lain manusia tipe I ini akan merasa bahagia jika ia memiliki banyak uang sehingga bisa membeli apa pun yang ia inginkan.
Sedangkan manusia dengan tipe II adalah mereka yang merasa bahagia jika mereka dapat meraih kesuksesan. Kesuksesan yang diperolehnya ini bisa berupa kesuksesan dalam studi maupun karier. Manusia bertipe II ini tidak terlalu menilai kesuksesan ini dengan banyaknya materi yang diperoleh, tetapi lebih memfokuskan diri untuk meraih keberhasilan (achievements) dalam segala bidang yang ditekuninya.
Di samping itu ada juga manusia yang merasa bahagia jika ia dapat bersama dengan seseorang yang ia cintai, atau dengan kata lain telah menemukan cinta sejatinya dan membentuk keluarga yang bahagia (loving and fulfilling relationship). Manusia dengan ciri seperti ini saya masukkan ke dalam tipe III.
Selain ketiga tipe manusia yang baru saja saya sebutkan di atas, masih ada lagi tipe manusia lain yang mendefinisikan arti bahagia. Namun sebagian besar, manusia mengatakan bahwa ia akan merasa bahagia jika telah mendapatkan hal-hal tersebut di atas.
Mengapa Kebahagiaan Sulit Didapatkan ?
Di dunia ini, kita banyak menjumpai orang yang merasa tidak bahagia. Setelah ditelusuri, orang – orang tersebut memiliki alasan yang berbeda-beda mengapa mereka merasa tidak bahagia. Ada yang mengatakan bahwa mereka tidak bahagia karena mereka selalu hidup dalam kekurangan, ada pula yang merasa tidak bahagia karena belum menemukan pasangan hidup yang tepat, ada pula yang tidak dapat menemukan kebahagiaan dalam keluarganya karena tidak adanya keharmonisan dalam keluarga tersebut. Atau dengan kata lain mereka tidak berhasil mendapatkan apa yang mereka dambakan atau impikan.
Selain itu, kita juga banyak menemukan orang yang tidak pernah puas dengan apa yang telah diperoleh atau dimilikinya, sehingga apabila orang tersebut telah berhasil meraih sesuatu, ia tidak pernah sempat untuk menikmati kebahagiaan dengan apa yang telah diperolehnya itu dan kemudian membuat target baru untuk dicapainya, dan begitu seterusnya. Dan orang ini akan selalu merasa cemas apabila tujuan berikutnya tidak tercapai.
Hal lain mengapa manusia tidak dapat merasakan kebahagiaan adalah karena manusia cenderung untuk merenungi nasib buruk yang telah menimpanya dan tidak mau berbuat sesuatu untuk memperbaikinya. Mereka terlalu terpaku pada hal yang telah berlalu dan tidak dapat melupakan masa lalunya yang pahit. Padahal jika ia mau mencoba untuk keluar dari masa lalunya yang kelam, ia kemungkinan besar masih dapat menemukan kebahagiaan.
Satu hal lagi yang tidak kalah pentingnya adalah kecenderungan manusia untuk berbuat mengikuti kata hati dan hawa nafsunya yang sering menjerumuskan manusia ke dalam dosa dan menyebabkan manusia itu terjerumus dalam lembah kesedihan.
Dosa manusia saya kelompokkan menjadi 7 macam yang merupakan dosa bawaan yang pada dasarnya terdapat dalam diri setiap pribadi. Dosa-dosa tersebut yaitu hawa nafsu, serakah, egois, iri hati,mudah tergoda, suka menyimpan dendam, dan emosional.
Semua perbuatan dosa tersebut seringkali membuat manusia tidak dapat merasakan kebahagiaan dalam dirinya.
Bahagia vs Tidak Bahagia
Kisah seorang pria yang setiap harinya sibuk dengan pekerjaannya. Siang malam ia bekerja dengan keras, seringkali ia merelakan waktu istirahatnya, merelakan waktu rekreasi bersama dengan istri dan anak-anaknya dan kurang perhatian terhadap kehidupan sosial di lingkungan sekitarnya. Sehingga yang ia fokuskan adalah hanya pada pekerjaannya. Pada suatu ketika, pria tersebut mendapatkan kecelakaan pada saat ia sedang mengendarai mobilnya ke tempat kerjanya. Kecelakaan tersebut melukai kedua belah matanya dan membuat pria tersebut buta seumur hidupnya.
Setelah menjadi buta, ia tidak dapat bekerja dengan keras lagi seperti sebelumnya. Ia lalu banyak menggantungkan hidupnya pada pertolongan orang lain, terutama pertolongan istri dan anak-anaknya. Istrinya merasa kasihan kepadanya dan merawatnya dengan penuh kasih sayang. Begitu pula dengan anak-anaknya juga memberikan perhatian yang mendalam kepada ayahnya.
Sang pria baru merasakan betapa besar kasih istri dan anak-anak kepadanya setelah ia buta dan tidak dapat mengerjakan apa-apa. Ia baru menyadari akan kurangnya perhatian dan kasih sayang yang ia berikan kepada istri dan anak-anaknya selama ini. Dengan keadaannya tersebut, ia baru dapat merasakan hidupnya lebih berarti dan menemukan kebagiaan dalam hidupnya.
Hikmah yang dapat diambil dari cerita singkat tersebut adalah bahwa kita seringkali tidak dapat merasakan arti hidup ini, sampai kita kehilangan sesuatu yang berharga dari dalam diri kita.
Kisah berikut yang tidak kalah menariknya adalah kisah seorang nelayan yang pekerjaannya mencari ikan. Dalam melakukan pekerjaannya, ia selalu mengerjakannya dengan santai dan tidak menggunakan cara-cara canggih untuk menangkap ikan. Ia selalu menangkap ikan dengan menggunakan pancingan yang ia miliki sambil menikmati apa yang dikerjakannya.
Pada suatu saat ada seorang dari kota yang dalam hidup sehari-harinya bekerja keras mencari nafkah pergi berlibur dengan memancing. Pada saat ia sedang memancing, ia bertemu dengan sang nelayan. Sang nelayan sedang memancing sambil berbaring santai tanpa beban, sedangkan si pemancing memancing dengan agresif. Kemudian orang kota tersebut bertanya kepada sang nelayan mengapa ia bisa begitu santainya memancing padahal profesinya adalah sebagai nelayan, sedangkan dirinya yang saat itu sedang berlibur saja memancing dengan penuh agresivitas.
Kemudian sang nelayan tersebut bertanya balik kepada orang kota itu mengapa bekerja begitu keras di kota. Si orang kota tersebut kemudian menjawab: ”Untuk mencari uang sebanyak-banyaknya, sehingga dapat menikmati hidup”.
Lalu sang nelayan menjawab, ”Jadi Anda bekerja dengan keras dengan tujuan utama menikmati hidup? Untuk apa bekerja dengan keras kalau saat ini saja saya sudah dapat menikmati hidup. Saya selalu menikmati perkerjaan saya dan hidup saya.”
Hikmah yang dapat ditarik dari kisah yang ketiga ini adalah bahwa banyak orang yang berpikir terlalu jauh untuk dapat menikmati hidup. Hal yang sangat sederhana untuk dapat menikmati hidup adalah dengan menikmati setiap pekerjaan yang kita lakukan.
Setelah membaca kisah-kisah orang yang bahagia, sekarang saya akan coba untuk menceritakan beberapa kisah orang yang hidupnya tidak bahagia.
Kisah pertama adalah tentang seseorang yang hidupnya selalu diisi dengan kerja keras, mencari uang dan uang. Itulah tujuan hidupnya, uang yang telah diperolehnya digunakan untuk berinvestasi lagi, dan lagi. Jarang Ia mau mengeluarkan uang tersebut untuk keperluan dirinya, apalagi orang lain. Sehingga orang tersebut hanya bekerja untuk melipatgandakan uang yang dimilikinya. Ia jarang sekali menikmati hari-hari yang dilaluinya bersama anak istrinya. Ia juga tidak bisa menikmati apa yang telah diperolehnya karena ia selalu merasa tidak pernah puas. Orang yang demikian adalah orang yang menyedihkan, karena walaupun sebenarnya ia kaya raya, namun sebenarnya jiwanya miskin sekali.
Berikut adalah kisah seorang anak yang selalu cemas akan masa depan dan menunda diri untuk dapat menikmati hidup. Pada saat ia lulus Sekolah Dasar, ia berkata pada dirinya sendiri bahwa ia baru akan dapat menikmati hidup kalau ia telah lulus SMP. Dan pada saat ia lulus SMP, ia berkata bahwa ia baru akan dapat menikmati hidup kalau sudah lulus SMU. Dan begitu ia lulus SMU, ia berkata pada dirinya lagi bahwa ia baru akan dapat menikmati hidup jika telah menjadi sarjana.
Setelah ia sarjana, ia masih belum dapat menikmati hidup dan merasa bahwa ia baru akan dapat menikmati hidup jika ia sudah sukses dalam pekerjaan dan menikah. Tidak lama kemudian ia menemukan cinta sejatinya dan menikah. Setelah menikah dan punya anak, ia berkata lagi pada dirinya, bahwa ia baru akan dapat menikmati hidup apabila telah berhasil membesarkan anak-anaknya. Sebelum ia berhasil membesarkan anak-anaknya, ia telah meninggal dunia karena mengalami kecelakaan pesawat terbang. Akhirnya anak tersebut telah meninggal tanpa dapat menikmati hidup yang telah lama ia jalani.
Kebahagiaan yang Sejati
Banyak orang yang sukar untuk mendapatkan kebahagiaan karena mereka berusaha untuk mencari kebahagiaan external, yaitu kebahagiaan yang dirasakan apabila mereka berhasil mendapatkan atau meraih sesuatu yang di luar dirinya. Sesuatu tersebut bisa berupa harta benda duniawi, ketenaran, nama baik, harga diri, kekuasaan, dsb. Apabila seseorang mendefinisikan kebahagiaan seperti ini, maka kebahagiaan yang didapat adalah kebahagiaan semu dan bersifat sementara. Biasanya kebahagiaan tersebut berlangsung dalam tempo yang singkat.
Banyak orang yang tidak menyadari bahwa kebahagiaan dapat digali dari dalam diri tiap-tiap pribadi atau disebut juga dengan kebahagiaan internal. Apabila seseorang telah berhasil menemukan kebahagiaan internalnya, maka orang tersebut akan selalu merasakan bahagia dalam hidupnya, apa pun yang terjadi dalam hidupnya. Kebahagiaan internal ini tercapai apabila kita dapat selalu merasakan ketenangan, kedamaian, dan suka cita dalam segala situasi. Orang yang telah menemukan kebahagiaan internal biasanya dapat selalu menerima kenyataan yang terjadi dalam hidupnya dengan besar hati.
Cara Menemukan Kebahagiaan Sejati
Langkah pertama yang dapat kita lakukan dalam usaha menemukan kebahagiaan internal adalah dengan menyadari setiap pekerjaan yang kita lakukan. Pada saat kita sedang mengerjakan tugas-tugas penting, sadarilah apa yang sedang kita kerjakan saat itu, fokuskan pikiran pada apa yang kita kerjakan.
Pada saat kita makan sadarilah bahwa saat itu kita sedang makan, pada saat kita sedang bernapas sadarilah udara yang keluar dan masuk dari hidung kita. Bawalah diri kita termasuk pikiran kita untuk menyadari apa yang terjadi saat ini (present time), jangan membiarkan diri kita selalu hanyut ke dalam kesenangan maupun kesedihan masa lalu, karena semuanya itu telah berlalu dari hidup kita. Satu detik yang baru saja berlalu telah menjadi kenangan dan menjadi masa lalu (past time). Jangan pula kita selalu membiarkan diri kita terhanyut ke dalam angan-angan yang jauh di luar realitas kita (future time).
Hal ini bukan berarti kita tidak boleh bermimpi atau berangan-angan untuk masa depan kita. Jika kita mempunyai suatu rencana untuk masa depan, bayangkan dalam beberapa saat, kemudian tulislah tujuan kita tersebut dan tulis juga langkah-langkah yang harus kita tempuh sebagai usaha kita meraih tujuan yang selalu kita angan-angankan. Kemudian lakukan tindakan/action sesuai dengan apa yang telah kita tulis tersebut, sehingga kita tidak selalu terhanyut ke dalam angan-angan kita dan tidak dapat menemukan angan-angan tersebut di dalam realitas hidup kita sekarang. Setelah kita menjalankan langkah demi langkah yang telah ditulis, dan sebagian dari langkah yang telah kita tuliskan tersebut sudah tercapai, barulah kita bayangkan kembali cita-cita kita ke arah yang lebih tinggi.
Dengan membayangkan cita-cita yang kita tuju sambil membuat blue print dan kemudian kita jalankan, maka cita-cita yang kita tuju akan lebih mudah untuk dicapai dan kita tidak akan merasa kecewa setelah kita selesai berangan-angan dan kembali ke realitas hidup, karena sebagian dari angan-angan kita sudah mulai tercapai. Namun apabila kita tidak membuat perencanaan dalam mencapai tujuan hidup kita seperti yang selalu kita angan-angankan, maka kita akan selalu terbawa hanyut ke dalam angan-angan kita, karena apa yang kita rasakan dalam realitas hidup tidak seindah apa yang kita bayangkan dalam kacamata imajinasi kita.
Satu hal yang tidak kalah pentingnya untuk diperhatikan agar kita dapat menggali kebahagiaan yang tersimpan dalam diri kita adalah dengan selalu mengucap syukur atas segala kejadian yang menimpa diri kita. Jangan selalu membanding-bandingkan kehidupan kita dengan kehidupan orang lain yang menurut kita lebih baik dari kehidupan yang kita jalani saat ini. Kita tidak akan pernah tahu apakah orang yang kita anggap lebih “baik” itu benar-benar merasakan kebahagiaan dalam hidupnya. Bisa saja ia sedang berada dalam kecemasan karena memiliki utang yang sangat besar dan sedang bersiap-siap untuk melarikan diri, atau bisa saja orang tersebut tidak dapat merasakan kebahagiaan meskipun orang tersebut kaya raya, karena hubungan antaranggota keluarganya sudah tidak harmonis lagi.
Jika kita baru saja mengalami hal yang paling buruk dalam hidup kita, dan merasa kita adalah orang yang paling tidak beruntung dalam hidup ini, dan kita tidak tahu apa yang harus kita syukuri, syukurilah udara yang masih dapat kita hirup dan embuskan, syukurilah bahwa kita masih memiliki hidup ini, yang artinya kita masih memiliki kesempatan untuk memperbaiki hidup kita.
Orang yang paling gagal dalam hidupnya adalah orang yang sudah tidak memiliki kesempatan lagi untuk memperbaiki keadaan dirinya, alias orang tersebut sudah meninggal. Jadi selama kita masih hidup selalu syukuri apa yang terjadi di dalam diri kita. Hal yang sangat sederhana, bukan? Namun seringkali orang lupa akan hal ini.
Bahagia adalah suatu perasaan, sesuatu yang sifatnya emosional. Perasaan bahagia ini timbul dari dalam diri kita karena kita secara fisik dengan menggunakan kelima indra kita telah mengalami suatu kejadian yang menurut diri kita sendiri menyenangkan hati dan pikiran kita. Kelima indra kita tersebut berpusat pada otak kita, otak kitalah yang mengirimkan rasa sakit yang diterima dari tangan kita yang terluka, otak kita jugalah yang mengirimkan bau wangi-wangian kepada kita. Sehingga perasaan bahagia tersebut dapat kita timbulkan apabila kita mampu mengendalikan pikiran kita. Dengan mengendalikan pikiran, maka seluruh indra yang kita miliki juga dapat kita kendalikan.
Apabila seluruh pikiran dan indra kita bisa kita kendalikan, maka hasrat dan keinginan kita juga dapat kita kendalikan, sehingga rasa bahagia dapat kita kendalikan.
Di samping itu kita juga harus menyadari bahwa hidup ini adalah suatu sirkulasi. Ada saat kita merasa sedih karena kehilangan seseorang yang paling kita cintai, namun dengan berlalunya waktu, perasaan sedih tersebut akan hilang, dan ada pula saatnya kita merasa senang karena menemukan seseorang yang mencintai diri kita. Dengan demikian perlu kita sadari bahwa semua hal sedih akan berlalu, dan begitu pula semua hal yang menyenangkan juga akan berlalu. Sehingga jika pada saat ini kita merasa senang, sadarilah bahwa kesenangan itu baru saja berlalu, dan jika pada saat ini kita merasa sedih karena suatu kejadian menimpa kita, sadari juga bahwa kejadian tersebut telah berlalu.
Selama ini kita selalu menginginkan masalah-masalah yang membuat kita stress dan sedih untuk berlalu dari hadapan kita, namun kita jarang menyadari bahwa segala hal dan kejadian yang membuat kita senang juga sudah dan akan berlalu.
Jadi senang dan sedih pasti akan berlalu. Kalau kita pernah mendengar ada sebuah judul lagu yang berbunyi Badai pasti berlalu, seharusnya ditambahkan menjadi “Badai pasti berlalu, Angin sejuk pun pasti berlalu”.
Sikap yang Harus Dibentuk
Sabar adalah sikap pertama yang perlu kita bina, apabila kita ingin mencoba menggali kebahagiaan yang tersimpan dalam diri kita. Kita harus sabar apabila ada tujuan dalam hidup kita yang belum tercapai, kita juga harus sabar apabila masalah menerjang kita, kita harus sabar dalam usaha kita untuk mengendalikan pikiran kita, dsb. Semua yang kita kerjakan dan usahakan membutuhkan waktu untuk diproses, dan untuk itu dibutuhkan kesabaran.
Besar hati merupakan sikap kedua yang harus turut dibentuk dalam diri kita. Kita harus bisa dengan besar hati menerima semua kejadian buruk yang menimpa kita, kita juga harus berbesar hati dalam menerima kenyataan pahit yang menjadikan keadaan kita jauh berbeda dari yang kita impikan. Dengan memiliki sikap yang satu ini dalam pribadi kita masing-masing, maka kita telah memiliki 50% power (kekuatan) untuk menggali kebahagiaan.
Sikap berikut yang tidak kalah pentingnya adalah tabah. Kita harus selalu tabah dalam melewati masa-masa sulit yang kita alami. Sebenarnya masa sulit itu datangnya tiba-tiba dan tanpa kita rasakan telah terjadi. Perhatikan kata telah yang saya miringkan! Kata tersebut menunjukkan bahwa kejadian tersebut sebenarnya telah berlalu, dan membuat kita merasa sedih dan susah sebenarnya adalah diri kita sendiri yang tidak mau menerima kenyataan dengan besar hati dan tabah. Jadi perasaan kita inilah yang menciptakan rasa sedih.
Sikap yang menurut saya juga berperan dalam membentuk potensi kita untuk menemukan kebahagiaan adalah tidak mudah putus asa. Apabila kita mengalami suatu kegagalan yang membuat kita sedih, maka kita harus yakini bahwa kegagalan itu telah berlalu, dan perasaan gagal tersebut jangan kita pendam terus. Kita harus berusaha lebih baik lagi untuk mencapai tujuan kita dan menghapuskan perasaan sedih yang meliputi hati kita.
Ringkasan dari artikel ini adalah: carilah, galilah dan temukanlah kebahagiaan dalam diri Anda sendiri. Jangan selalu mencari kebahagiaan eksternal, karena kebahagiaan eksternal tersebut sifatnya sementara.
Semoga dengan membaca artikel singkat ini, Anda dapat menemukan kebahagiaan sejati dalam diri Anda ! Terima Kasih.(*)
Kamis, 15 April 2010
Benefit from Smile
Benefit from Smile
1. Senyum membuat Anda lebih menarik
Orang yang banyak tersenyum memiliki daya tarik.
Orang yang suka tersenyum membuat perasaan orang disekitarnya nyaman dan senang.
Orang yang selalu merengut, cemburut, mengerutkan kening, dan menyeringai membuat orang-orang disekeliling tidak nyaman.
Dipastikan orang yang banyak tersenyum memiliki banyak teman.
2. Senyum mengubah perasaan
Jika Anda sedang sedih, cobalah tersenyum.
Senyuman akan membuat perasaan menjadi lebih baik.
Menurut penelitian, senyum bisa memperdayai tubuh sehingga perasaan berubah.
3. Senyum menular
Ketika seseorang tersenyum, ia akan membuat suasana menjadi lebih riang.
Orang disekitar Anda pasti akan ikut tersenyum dan merasa lebih bahagia.
4. Senyum menghilangkan stres
Stres bisa terlihat di wajah.
Senyuman bisa menghilangkan mimik lelah, bosan, dan sedih.
Ketika anda stres, ambil waktu untuk tersenyum.
Senyuman akan mengurangi stres dan membuat pikiran lebih jernih.
5. Senyum meningkatkan imunitas
Senyum membuat sistem imun bekerja lebih baik.
Fungsi imun tubuh bekerja maksimal saat seseorang merasa rileks.
Menurut penelitian, flu dan batuk bisa hilang dengan senyum.
6. Senyum menurunkan tekanan darah
Tidak percaya? Coba Anda mencatat tekanan darah saat anda tidak tersenyum
dan catat lagi tekanan darah saat anda tersenyum saat diperiksa.
Tekanan darah saat Anda tersenyum pasti lebih rendah.
7. Senyum melepas endorphin , pemati rasa alamiah , dan serotonin
Senyum ibarat obat alami.
Senyum bisa menghasilkan endorphin, pemati rasa alamiah, dan serotonin.
Ketiganya adalah hormon yang bisa mengendalikan rasa sakit.
8. Senyum membuat awet muda
Senyuman menggerakkan banyak otot ..
Akibatnya otot wajah terlatih sehingga anda tidak perlu melakukan face lift.
Dijamin dengan banyak tersenyum Anda akan terlihat lebih awet muda.
9. Senyum membuat Anda kelihatan SUKSES
Orang yang tersenyum terlihat lebih percaya diri, terkenal, dan bisa diandalkan.
Pasang senyum saat rapat atau bertemu dengan klien.
Pasti kolega Anda akan melihat Anda lebih baik.
10. Senyum membuat orang berpikir positif
Coba lakukan ini : Pikirkan hal buruk sambil tersenyum. Pasti susah.
Penyebabnya, ketika Anda tersenyum, tubuh mengirim sinyal “hidup adalah baik”.
Sehingga saat tersenyum , tubuh menerimanya sebagai Anugerah.
Mengapa Cincin Pernikahan Harus Ditaruh di Jari Manis??
Mengapa Cincin Pernikahan Harus Ditaruh di Jari Manis??
Ikuti langkah berikut ini, Tuhan benar2 membuat keajaiban (ini berasal dari kutipan Cina)
1. Pertama, tunjukkan telapak tangan anda, jari tengah ditekuk ke dalam (lihat gambar)
2. Kemudian, 4 jari yang lain pertemukan ujungnya.
3. Permainan dimulai, 5 pasang jari tetapi hanya 1 pasang yang tidak terpisahkan...
4. Cobalah membuka ibu jari anda, ibu jari menwakili orang tua, ibu jari bisa dibuka karena semua manusia mengalami sakit dan mati. Dengan demikian orang tua kita akan meninggalkan kita suatu hari nanti.
5. Tutup kembali ibu jari anda, kemudian buka jari telunjuk anda, jari telunjuk mewakili kakak dan adik anda, mereke memiliki keluarga sendiri, sehingga mereka juga akan meninggalkan kita.
6. sekarang tutup kembali jari telunjuk anda, buka jari kelingking, yang mewakili anak2. cepat atau lambat anak2 juga akan meninggalkan kita.
7. selanjutnya, tutup jari kelingking anda, bukalah jari manis anda tempat dimana kita menaruh cincin perkawinan anda, anda akan heran karena jari tersebut tidak akan bisa dibuka. Karena jari manis mewakili suami dan istri, selama hidup anda dan pasangan anda akan terus melekat satu sama lain.
Real love will stick together ever and forever
Thumb represent parents
Second finger represent brothers & sisters
Centre finger represent own self
Fourth finger represent your partner
Last finger represent your children
Rabu, 14 April 2010
Menjadi Orang Yang Selalu Beruntung Senantiasa; Kapan Saja - Dimana Saja
Si Untung,
Kita semua pasti kenal tokoh si Untung di komik Donal Bebek. Berlawanan dengan Donal yang selalu sial. Si Untung ini dikisahkan untung terus. Ada saja keberuntungan yang selalu menghampiri tokoh bebek yang di Amerika bernama asli Gladstone ini. Betapa enaknya hidup si Untung. Pemalas, tidak pernah bekerja, tapi selalu lebih untung dari Donal. Jika Untung dan Donal berjalan bersama, yang tiba-tiba menemukan sekeping uang dijalan, pastilah itu si Untung. Jika Anda juga ingin selalu beruntung seperti si Untung, dont worry, ternyata beruntung itu ada ilmunya.
Riset & Penelitian,
Professor Richard Wiseman dari University of Hertfordshire Inggris, mencoba meneliti hal-hal yang membedakan orang2 beruntung dengan yang sial. Wiseman merekrut sekelompok orang yang merasa hidupnya selalu untung, dan sekelompok lain yang hidupnya selalu sial. Memang kesan nya seperti main-main, bagaimana mungkin keberuntungan bisa diteliti. Namun ternyata memang orang yang beruntung bertindak berbeda dengan mereka yang sial.
Misalnya, dalam salah satu penelitian the Luck Project ini, Wiseman memberikan tugas untuk menghitung berapa jumlah foto dalam koran yang dibagikan kepada dua kelompok tadi. Orang2 dari kelompok sial memerlukan waktu rata-rata 2 menit untuk menyelesaikan tugas ini. Sementara mereka dari kelompok si Untung hanya perlu beberapa detik saja! Lho kok bisa?
Ya, karena sebelumnya pada halaman ke dua Wiseman telah meletakkan tulisan yang tidak kecil berbunyi “berhenti menghitung sekarang! ada 43 gambar di koran ini”. Kelompol sial melewatkan tulisan ini ketika asyik menghitung gambar. Bahkan, lebih iseng lagi, di tengah2 koran, Wiseman menaruh pesan lain yang bunyinya: “berhenti menghitung sekarang dan bilang ke peneliti Anda menemukan ini, dan menangkan $250!” Lagi-lagi kelompok sial melewatkan pesan tadi! Memang benar2 sial.
Singkatnya, dari penelitian yang diklaimnya “scientific” ini, Wiseman menemukan 4 faktor yang membedakan mereka yang beruntung dari yang sial:
1. Sikap terhadap peluang.
Orang beruntung ternyata memang lebih terbuka terhadap peluang. Mereka lebih peka terhadap adanya peluang, pandai menciptakan peluang, dan bertindak ketika peluang datang. Bagaimana hal ini dimungkinkan?
Ternyata orang-orang yg beruntung memiliki sikap yang lebih rileks dan terbuka terhadap pengalaman-pengalam an baru. Mereka lebih terbuka terhadap interaksi dengan orang-orang yang baru dikenal, dan menciptakan jaringan-jaringan sosial baru. Orang yang sial lebih tegang sehingga tertutup terhadap kemungkinan- kemungkinan baru.
Sebagai contoh, ketika Barnett Helzberg seorang pemilik toko permata di New York hendak menjual toko permata nya, tanpa disengaja sewaktu berjalan di depan Plaza Hotel, dia mendengar seorang wanita memanggil pria di sebelahnya: “Mr. Buffet!” Hanya kejadian sekilas yang mungkin akan dilewatkan kebanyakan orang yang kurang beruntung. Tapi Helzber berpikir lain. Ia berpikir jika pria di sebelahnya ternyata adalah Warren Buffet, salah seorang investor terbesar di Amerika, maka dia berpeluang menawarkan jaringan toko permata nya. Maka Helzberg segera menyapa pria di sebelahnya, dan betul ternyata dia adalah Warren Buffet. Perkenalan pun terjadi dan Helzberg yang sebelumnya sama sekali tidak mengenal Warren Buffet, berhasil menawarkan bisnisnya secara langsung kepada Buffet, face to face. Setahun kemudian Buffet setuju membeli jaringan toko permata milik Helzberg. Betul-betul beruntung.
2. Menggunakan intuisi dalam membuat keputusan.
Orang yang beruntung ternyata lebih mengandalkan intuisi daripada logika. Keputusan-keputusan penting yang dilakukan oleh orang beruntung ternyata sebagian besar dilakukan atas dasar bisikan “hati nurani” (intuisi) daripada hasil otak-atik angka yang canggih. Angka-angka akan sangat membantu, tapi final decision umumnya dari “gut feeling”. Yang barangkali sulit bagi orang yang sial adalah, bisikan hati nurani tadi akan sulit kita dengar jika otak kita pusing dengan penalaran yang tak berkesudahan. Makanya orang beruntung umumnya memiliki metoda untuk mempertajam intuisi mereka, misalnya melalui meditasi yang teratur. Pada kondisi mental yang tenang, dan pikiran yang jernih, intuisi akan lebih mudah diakses. Dan makin sering digunakan, intuisi kita juga akan semakin tajam.
Banyak teman saya yang bertanya, “mendengarkan intuisi” itu bagaimana? Apakah tiba2 ada suara yang terdengar menyuruh kita melakukan sesuatu? Wah, kalau pengalaman saya tidak seperti itu. Malah kalau tiba2 mendengar suara yg tidak ketahuan sumbernya, bisa2 saya jatuh pingsan.
Karena ini subyektif, mungkin saja ada orang yang beneran denger suara.
Tapi kalau pengalaman saya, sesungguhnya intuisi itu sering muncul dalam berbagai bentuk, misalnya:
- Isyarat dari badan. Anda pasti sering mengalami. “Gue kok tiba2 deg-deg an ya, mau dapet rejeki kali”, semacam itu. Badan kita sesungguhnya sering memberi isyarat2 tertentu yang harus Anda maknakan. Misalnya Anda kok tiba2 meriang kalau mau dapet deal gede, ya diwaspadai saja kalau tiba2 meriang lagi.
- Isyarat dari perasaan. Tiba-tiba saja Anda merasakan sesuatu yang lain ketika sedang melihat atau melakukan sesuatu. Ini yang pernah saya alami. Contohnya, waktu saya masih kuliah, saya suka merasa tiba-tiba excited setiap kali melintasi kantor perusahaan tertentu. Beberapa tahun kemudian saya ternyata bekerja di kantor tersebut. Ini masih terjadi untuk beberapa hal lain.
3. Selalu berharap kebaikan akan datang.
Orang yang beruntung ternyata selalu ge-er terhadap kehidupan. Selalu berprasangka baik bahwa kebaikan akan datang kepadanya. Dengan sikap mental yang demikian, mereka lebih tahan terhadap ujian yang menimpa mereka, dan akan lebih positif dalam berinteraksi dengan orang lain. Coba saja Anda lakukan tes sendiri secara sederhana, tanya orang sukses yang Anda kenal, bagaimana prospek bisnis kedepan. Pasti mereka akan menceritakan optimisme dan harapan.
4. Mengubah hal yang buruk menjadi baik.
Orang-orang beruntung sangat pandai menghadapi situasi buruk dan merubahnya menjadi kebaikan. Bagi mereka setiap situasi selalu ada sisi baiknya. Dalam salah satu tes nya Prof Wiseman meminta peserta untuk membayangkan sedang pergi ke bank dan tiba-tiba bank tersebut diserbu kawanan perampok bersenjata. Dan peserta diminta mengutarakan reaksi mereka. Reaksi orang dari kelompok sial umunya adalah: “wah sial bener ada di tengah2 perampokan begitu”. Sementara reaksi orang beruntung, misalnya adalah: “untung saya ada disana, saya bisa menuliskan pengalaman saya untuk media dan dapet duit”. Apapun situasinya orang yg beruntung pokoknya untung terus.
Mereka dengan cepat mampu beradaptasi dengan situasi buruk dan merubahnya menjadi keberuntungan.
Sekolah Keberuntungan,
Bagi mereka yang kurang beruntung, Prof Wiseman bahkan membuka Luck School.
Latihan yang diberikan Wiseman untuk orang2 semacam itu adalah dengan membuat “Luck Diary”, buku harian keberuntungan. Setiap hari, peserta harus mencatat hal-hal positif atau keberuntungan yang terjadi.
Mereka dilarang keras menuliskan kesialan mereka. Awalnya mungkin sulit, tapi begitu mereka bisa menuliskan satu keberuntungan, besok-besoknya akan semakin mudah dan semakin banyak keberuntungan yg mereka tuliskan.
Dan ketika mereka melihat beberapa hari kebelakang Lucky Diary mereka, mereka semakin sadar betapa beruntungnya mereka. Dan sesuai prinsip “law of attraction”, semakin mereka memikirkan betapa mereka beruntung, maka semakin banyak lagi lucky events yang datang pada hidup mereka.
Jadi, sesederhana itu rahasia si Untung. Ternyata semua orang juga bisa beruntung. Termasuk teman-teman semua.
Siap mulai menjadi si Untung?
KEIKHLASAN DALAM BERKARYA (BEKERJA)
KEIKHLASAN DALAM BERKARYA
Pada suatu waktu dalam pertemuan di salah satu Universitas Islam di Jakarta dalam rangka memperbaiki performance universitas tersebut, seorang konsultan dikejutkan oleh seorang dosen wanita berkerudung yang saat itu marah sekali kepadanya. Pasalnya, Konsultan mengusulkan suatu program cost cutting yakni penekanan cost terlebih dahulu untuk memperbaiki kinerja institusi sehingga akhirnya dapat memungkinkan untuk memperbaiki sistem remunerasi karyawan. Memang posisi saya di Universitas tersebut adalah bekerja tanpa dibayar. Wanita itu mengatakan, “ Bapak enak saja, mentang-mentang banyak duit, bekerja untuk kesenangan belaka, sedangkan kami disini baru bisa bekerja semata-mata hanya untuk perut keluarga kami ! ”
Hal serupa pernah juga terjadi di salah satu tempat bekerja, ketika dilakukan pertemuan antara karyawan dengan management perusahaan dalam rangka perbaikan sistem remunerasi dari perusahaan sedangkan perusahaan sendiri dalam keadaan yang kurang mampu. Dalam pertemuan tersebut kita diminta untuk memberikan pendapat mengenai masalah tersebut, dan melontarkan manakah yang akan kita anut, performance following rewards atau sebaliknya rewards following performance.
Banyak perdebatan tentang hal ini. Ada pendapat yang mengatakan dalam bekerja kita harus profesional, di mana sebelum mulai bekerja harus jelas bagaimana sistem remunerasinya, apakah sesuai dengan kapasitas maupun kemampuan kita dan setiap waktu kita harus bisa menghitung rewards yang akan didapatkan terhadap performansi kita dengan jelas. Pendapat ini perlu dipertanyakan kembali jika kita melihat persoalannya dari sisi agama Islam.
Dalam Islam kita mengetahui bahwa segala amalan apapun yang kita kerjakan termasuk ibadah kita bahkan hidup maupun mati kita hanyalah karena Allah se-mata2. Juga kita sendiri sering mengatakan semua amalan dan ibadah kita adalah ‘Lillahi ta’ala’ dan ditujukan wepenuhnya untuk mendapatkan ridho dari-Nya. Itulah sebabnya sebelum kita mulai melakukan apapun, selalu dimulai dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Islam juga mengajarkan dengan jelas bahwa janganlah sekali-kali menghitung rejeki yang akan kita terima, karena sesungguhnya hal itu adalah urusan Allah se-mata2.
Sebagai suatu ilustrasi, misalkan seseorang menyumbangkan sesuatu kepada orang yang miskin, sesungguhnya penerima itu menerima rejeki dari Allah, sedangkan penyumbang itu adalah hanya perantara belaka. Dengan demikian seorang muslim harus berterimakasih kepada Allah SWT atas segala rejeki yang diterimanya, darimanapun dia mendapatkannya. Ini semua adalah suatu konsep yang jelas dari Islam yang mengajarkan keikhlasan yang tinggi bagi ummatnya untuk menjalani kehidupannya sedemikian rupa sehingga semua amalan dikerjakan dengan penuh keikhlasan hanya karena Allah se-mata2, dengan ultimate goal-nya adalah untuk memperoleh ridho dari Allah SWT, sedangkan apa yang akan diterimanya sebagai remunerasi atas segala perbuatannya tersebut (rejekinya) adalah urusan Allah se-mata2. Sehingga sebagai ummatnya yang taat, maka apapun itu, akan kita terima dengan ke-ikhlasan bahkan penuh ke-syukuran. Sehingga dalam Islam, bekerja itu lebih mendekati berbakti, mungkin kata yang lebih tepat adalah berkarya, dimana kesannya lebih untuk kepentingan masyarakat / lingkungan serta jauh daripada untuk kepentingan pribadi.
Sebetulnya konsep ini sangat gamblang didalam Islam, bahkan sering sekali kita ucapkan baik pada waktu melakukan ibadah sholat maupun sering sekali diucapkan dalam kesempatan2 lainnya. Akan tetapi sangat jelas juga penyimpangan yang terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari, dan kedua contoh di atas merupakan bukti. Kita lihat juga dalam kenyataan, walaupun kita semua menyadari bahwa semua amalan, ibadah, bahkan hidup maupun mati kita adalah hanya karena Allah se-mata2, tetapi dalam prakteknya secara sadar atau tidak, kita sering membelokkan sedemikian rupa sehingga tujuan kita bekerja adalah mulai dari hanya karena perut sampai ada juga yang semata-mata mengejar uang atau harta. Sangatlah jelas hal ini bertentangan sekali dengan ajaranNya, karena kita telah menggantikan kedudukan Tuhan dengan perut ataupun harta, sehingga ini bisa ditafsirkan sebagai suatu dosa yang besar sekali karena telah berlaku syirik yaitu menduakan Tuhan. Dapat dikatakan kita lupa dan jauh sekali dari filosofi dasar Islam diatas, sebab kita telah menuhankan uang, harta, kekuasaan dan lain sebagainya.
Sebaliknya, bila kita selalu dalam kerangka filosofi Islam di atas, maka sebetulnya kita akan sangat tenang menjalankan kehidupan, karena tidak ada yang bisa mengganggu kita dalam berkarya untuk mendapatkan ridho dariNya. Kita akan bekerja bersungguh-sungguh tanpa pamrih, tanpa tergantung dari siapapun baik itu atasan, perusahaan tempat kita bekerja, bahkan kita akan bekerja keras tanpa memikirkan bonus yang akan diterima. Kita tidak perlu memperdulikan keberhasilan rekan-rekan bahkan saingan kita sekalipun, sebab kita akan tetap fokus untuk mencapai hasil karya yang sebaik-baiknya untuk mendapatkan ridhoiNya. Akibat sikap seperti inilah akan terlihat cara kerja yang mempunyai ‘achievement motive’ tinggi, dedikasi, dan komitment terhadap keberhasilan yang tinggi dan lepas dari segala bentuk stress, penyesalan maupun kelelahan karena tujuan bekerja kita maupun reward yang akan kita terima berada jauh diatas campur tangan manusia.
Saya sendiri pernah diingatkan tentang konsep ini. Pada walnya sangat sulit menerima hal ini, karena sepertinya tidak masuk akal. Bukankah selama ini selalu didengung-dengungkan bahwa reward tergantung dari usaha kita? Makin keras kita bekerja maka makin banyak reward yang akan dihasilkan. Oleh sebab itu biasanya kita meminta kondisi / system remunerasi yang jelas sebelum menerima pekerjaan, seolah-olah kita tidak akan perform sebelum kondisi-kondisi preseden tertentu dipenuhi. Hal ini dianggap sangat lumrah dalam menentukan job description v/s remuneration deal.
Di pihak lain saya juga banyak melihat contoh anak-anak muda yang bersikap tidak seperti yang digambarkan di atas. Karena mereka menyadari baru saja lulus (fresh from the oven), belum sama sekali mempunyai track record, maka tidak jarang mereka bersedia bekerja tanpa pamrih, misalnya mereka mengatakan, “anda tidak perlu membayar saya, tapi setelah berjalan 3 sampai 6 bulan dan anda senang dengan pekerjaan saya, bayarlah saya selayak kontribusi / nilai / value saya. Bila anda tidak senang, maka saya akan berterima kasih telah mendapatkan kesempatan berkarya untuk modal mencari pekerjaan ditempat lain”.
Ternyata sebagian besar mereka merupakan orang-orang yang mempunyai masa depan gemilang. Karena tidak adanya pamrih sama sekali, mereka bekerja lebih keras dibanding orang lain yang mempunyai kejelasan dalam sistem remunerasinya.
Perbandingan lain yang juga mencolok adalah, biasanya orang-orang yang aturan main reward and punishment-nya jelas malah lebih sibuk mencari-cari ‘loop-holes’ atau celah sedemikian rupa sehingga dengan bekerja sesedikit mungkin, dapat menghasilkan reward yang lebih besar, sehingga lupa atau bahkan menjauhi tujuan pekerjaan itu sendiri. Orang-orang yang seperti ini juga biasanya tidak mau bekerja lebih dari waktu yang ditentukan biarpun hanya semenit ( barangkali inilah sebenarnya muara terjadinya korupsi ! ). Kalau terjadi kegagalan dalam pekerjaan, maka dialah yang paling sibuk mencari kesalahan orang lain. Tidak perduli urusan orang lain, yang penting adalah dia memenuhi kewajiban dan tidak mau menambah sedikitpun tugas yang bukan termasuk tanggung jawabnya. Dia akan lebih dahulu menanyakan berapa tambahan remunerasi yang akan diterima bila dia melakukan hal tersebut.
Nah, orang-orang semacam ini biasanya lingkup pekerjaannya makin lama makin kecil, setahap demi setahap kontribusinya akan tidak nampak lagi bahkan kadang-kadang sampai lenyap sama sekali. Pada akhirnya dia tampak lebih sebagai beban daripada pendukung organisasi. Untuk melindungi dirinya, biasanya orang-orang semacam ini berusaha mati-matian menahan agar orang lain tidak bisa ikut campur dalam pekerjaannya, sehingga biasanya jabatannya tidak pernah meningkat karena terus di”keep” . Ironinya, bila karena sesuatu dan lain hal, terjadi program pengurangan pegawai, maka ternyata dialah yang akan menjadi orang pertama yang di PHK.
Sebaliknya orang yang bekerja tanpa pamrih karena tidak dibayar, ternyata lebih fokus pada hasil tujuan karyanya tanpa mempedulikan apakah ia akan mendapatkan penghargaan atau tidak, sehingga seringkali justru ia berinisiatif mengambil alih pekerjaan orang lain yang terbengkalai. Dalam hal ini yang menjadi ukuran keberhasilan atau kesuksesannya di fokuskan pada kemanfaatan dari hasil karyanya dan bukan pada reward yang akan diperolehnya. Akibatnya, tentu saja pimpinan atau perusahaan menjadi ketagihan dan sangat membutuhkan orang seperti ini, sehingga karirnya melesat cepat dengan penghasilan yang melonjak agar dia tidak diambil orang lain atau kompetitor. Kadangkala orang-orang seperti ini bahkan berani mengajukan usul agar dia diganti dengan orang yang lebih junior. Situasi ini kemudian secara otomatis mengakibatkan dia terdongkrak pada jabatan yang lebih tinggi dan tentunya remunerasinya jauh lebih baik. Inilah akibat dari kesuksesannya.
Jadi, lucunya di sini adalah dengan mengutamakan peningkatan kontribusi kita, serta memasrahkan rejeki kita di tangan Allah, ternyata membuat kita lebih ikhlas didalam berkarya dan keberhasilannya terlihat sangat mencolok.
Ada juga yang lebih ekstrem, yakni orang yang memasrahkan sepenuhkan nasibnya, karena mereka mengartikannya sebagai takdir yang telah ditentukan Allah, sehingga motivasi untuk bekerja boleh dibilang hilang sama sekali. Biasanya tipe orang yang seperti ini mempunyai karakteristik yang selalu hanya bisa mengeluh dan menyesalkan nasibnya yang dirasakan selalu gagal belaka.
Ini bisa dianggap yang bersangkutan sesungguhnya tidaklah ikhlas atas apapun pekerjaannya atau terjadinya takdir tersebut sehingga kesannya lebih mengarah kepada kekufuran karena dia tidak akan bisa mensyukuri rakhmat yang dilimpahkan Allah kepadanya dan biasanya sebagaimana yang dijanjikanNya orang ini akan menderita makin lama makin dalam. Seringkali orang tersebut berkilah, sebetulnya bila Allah sudah menentukan takdirnya, buat apalagi berusaha, sebab yang akan terjadi terjadilah! Apabila orang tersebut berbuat kesalahan, karena dia menganggap bahwa semua telah direncanakan dan ditakdirkan oleh-Nya, maka seharusnya dia tidak boleh dianggap bertanggung jawab atas perbuatannya. Na’uzubillahi minzalik !
Dalam hal ini pengertian takdir menjadi sangat penting untuk dapat disikapi.
Di dalam ajaran Islam kita diharuskan beriman kepada takdir, sedangkan takdir itu sebagaimana juga wujud Allah adalah dua misteri yang tidak pernah dapat dikuak oleh manusia sampai akhir zaman, akan tetapi kita tetap harus mengimani adanya Allah serta adanya kekuasaan takdir Allah. Mengapa ilmu pengetahuan yang ada tidak dapat menguak kedua hal tersebut diatas ? Saya hanya menduga karena di alam kita sekarang ini semua logika didasarkan asumsi dan premis dimana kita dibatasi oleh ruang dan waktu. Oleh karena kita mempunyai dimensi ruang seperti yang ada sekarang ini, maka sulit dibayangkan wujud Allah yang Maha Besar dan Maha Mengetahui.
Kalau wujud Allah itu besar sekali, maka Ia tidak dapat masuk keruangan yang kecil, sehingga bagaimana Ia mengetahui apa yang terjadi disitu. Akan tetapi bila (ini dugaan saya) alam Allah itu tidak mengenal dimensi ruang, maka tentunya hal itu tidak menjadi masalah. Akan tetapi kita manusia akan sulit membayangkan wujud Allah itu dalam keterbatasan kita yang alamnya mempunyai dimensi ruangan seperti yang ada sekarang.
Demikian pula dengan takdir. Kita mengetahui bahwa di dalam Islam Allah juga mengatakan : “tidaklah nasib suatu kaum itu bisa berubah bila tidak ada usaha dari kaum itu sendiri untuk mengubahnya”. Ini berarti nasib suatu kaum bergantung dari kaum itu sendiri. Pertanyaannya adalah di mana peran takdir disini? Apalagi kita tahu apapun yang telah terjadi, adalah karena telah ditentukan dan direncanakan oleh Allah sebagai TakdirNya.
Bagaimana mungkin kita diperintahkan untuk berusaha apapun sedangkan bila terjadi maka itu menjadi takdir Allah? Kalau begitu kapan takdir Allah itu direncanakan?
Apabila (kembali ini dugaan saya) alam Allah itu ternyata tidak mempunyai dimensi waktu seperti apa yang kita alami ini, maka dapat dikatakan batasan waktu tidak ada, sehingga urutan kejadian bisa saja tidak seperti yang kita alami sekarang ( bandingkan dengan certa film “Back to the Future” ). Dengan demikian mungkin saja masalahnya karena kita tidak dapat mencernakan alam dengan asumsi dan premis seperti itu.
Sebaiknya kita sikapi saja, bahwa arah nasib kita tergantung sepenuhnya dari usaha kita, sedangkan yang (sudah) terjadi, termasuk hasil dari kesalahan kita sekalipun adalah suatu rakhmat Allah yang telah ditakdirkan untuk secara ikhlas kita syukuri dengan cara mengamalkannya di jalan yang diridhoiNya, sebab Allah mempunyai rencana untuk itu, misalnya saja untuk menguji ketaatan ummatnya.
Ada suatu perangkat tip untuk menyikapi usaha kita dalam mengerjakan sesuatu misi:
selama waktu dan resources masih ada ( biar tinggal 5 menit dan tinggal 5 rupiah) tetaplah pada komitmen misi yang sudah kita niatkan sebelumnya.
apapun yang kita korbankan (spend) selama proses ini hendaknya selalu kita anggap sebagai suatu yang kita nikmati pengalamannya (experience-nya).
bila sampai pada batas waktunya kita hanya memperoleh sebagian dari tujuan kita, hendaknya ini kita syukuri, karena Allah pasti mempunyai rencana untuk kita (ingat janji Allah bahwa dibalik semua kesulitan ada kemudahan)
bila ternyata kita tidak mencapai apapun sebagaimana yang kita tuju, hendaknya kita anggap ini suatu jalan atau kesempatan untuk memulai sesuatu komitmen yang baru.
Dengan bersikap seperti diatas, maka kita akan selalu tenang, jauh dari stress dalam menjalani hidup ini dan berkarya secara ikhlas dan saya yakin kita akan selalu, paling sedikit, merasa sukses dalam mencapai tujuan usaha kita.
Dari uraian singkat diatas, saya menjadi yakin sekali akan ajaran Islam yang sebetulnya menyuruh kita berkarya dengan komitmen yang tinggi, penuh keikhlasan semata-mata hanya karenaNya dan untuk mendapatkan ridho dariNya, serta serahkanlah padaNya apapun yang akan kita terima sebagai rewardNya berupa rejeki yang akan dilimpahkan olehNya, untuk kita syukuri. Dan jangan lupa sesungguhnya semua pemberian Allah itu adalah selalu merupakan suatu amanah baru bagi kita untuk mengamalkannya dijalan yang diridhoiNya, itulah sebaik-baiknya cara mensyukuri nikmatNya.
Sesungguhnya Allah itu Maha Adil.
Pada suatu waktu dalam pertemuan di salah satu Universitas Islam di Jakarta dalam rangka memperbaiki performance universitas tersebut, seorang konsultan dikejutkan oleh seorang dosen wanita berkerudung yang saat itu marah sekali kepadanya. Pasalnya, Konsultan mengusulkan suatu program cost cutting yakni penekanan cost terlebih dahulu untuk memperbaiki kinerja institusi sehingga akhirnya dapat memungkinkan untuk memperbaiki sistem remunerasi karyawan. Memang posisi saya di Universitas tersebut adalah bekerja tanpa dibayar. Wanita itu mengatakan, “ Bapak enak saja, mentang-mentang banyak duit, bekerja untuk kesenangan belaka, sedangkan kami disini baru bisa bekerja semata-mata hanya untuk perut keluarga kami ! ”
Hal serupa pernah juga terjadi di salah satu tempat bekerja, ketika dilakukan pertemuan antara karyawan dengan management perusahaan dalam rangka perbaikan sistem remunerasi dari perusahaan sedangkan perusahaan sendiri dalam keadaan yang kurang mampu. Dalam pertemuan tersebut kita diminta untuk memberikan pendapat mengenai masalah tersebut, dan melontarkan manakah yang akan kita anut, performance following rewards atau sebaliknya rewards following performance.
Banyak perdebatan tentang hal ini. Ada pendapat yang mengatakan dalam bekerja kita harus profesional, di mana sebelum mulai bekerja harus jelas bagaimana sistem remunerasinya, apakah sesuai dengan kapasitas maupun kemampuan kita dan setiap waktu kita harus bisa menghitung rewards yang akan didapatkan terhadap performansi kita dengan jelas. Pendapat ini perlu dipertanyakan kembali jika kita melihat persoalannya dari sisi agama Islam.
Dalam Islam kita mengetahui bahwa segala amalan apapun yang kita kerjakan termasuk ibadah kita bahkan hidup maupun mati kita hanyalah karena Allah se-mata2. Juga kita sendiri sering mengatakan semua amalan dan ibadah kita adalah ‘Lillahi ta’ala’ dan ditujukan wepenuhnya untuk mendapatkan ridho dari-Nya. Itulah sebabnya sebelum kita mulai melakukan apapun, selalu dimulai dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Islam juga mengajarkan dengan jelas bahwa janganlah sekali-kali menghitung rejeki yang akan kita terima, karena sesungguhnya hal itu adalah urusan Allah se-mata2.
Sebagai suatu ilustrasi, misalkan seseorang menyumbangkan sesuatu kepada orang yang miskin, sesungguhnya penerima itu menerima rejeki dari Allah, sedangkan penyumbang itu adalah hanya perantara belaka. Dengan demikian seorang muslim harus berterimakasih kepada Allah SWT atas segala rejeki yang diterimanya, darimanapun dia mendapatkannya. Ini semua adalah suatu konsep yang jelas dari Islam yang mengajarkan keikhlasan yang tinggi bagi ummatnya untuk menjalani kehidupannya sedemikian rupa sehingga semua amalan dikerjakan dengan penuh keikhlasan hanya karena Allah se-mata2, dengan ultimate goal-nya adalah untuk memperoleh ridho dari Allah SWT, sedangkan apa yang akan diterimanya sebagai remunerasi atas segala perbuatannya tersebut (rejekinya) adalah urusan Allah se-mata2. Sehingga sebagai ummatnya yang taat, maka apapun itu, akan kita terima dengan ke-ikhlasan bahkan penuh ke-syukuran. Sehingga dalam Islam, bekerja itu lebih mendekati berbakti, mungkin kata yang lebih tepat adalah berkarya, dimana kesannya lebih untuk kepentingan masyarakat / lingkungan serta jauh daripada untuk kepentingan pribadi.
Sebetulnya konsep ini sangat gamblang didalam Islam, bahkan sering sekali kita ucapkan baik pada waktu melakukan ibadah sholat maupun sering sekali diucapkan dalam kesempatan2 lainnya. Akan tetapi sangat jelas juga penyimpangan yang terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari, dan kedua contoh di atas merupakan bukti. Kita lihat juga dalam kenyataan, walaupun kita semua menyadari bahwa semua amalan, ibadah, bahkan hidup maupun mati kita adalah hanya karena Allah se-mata2, tetapi dalam prakteknya secara sadar atau tidak, kita sering membelokkan sedemikian rupa sehingga tujuan kita bekerja adalah mulai dari hanya karena perut sampai ada juga yang semata-mata mengejar uang atau harta. Sangatlah jelas hal ini bertentangan sekali dengan ajaranNya, karena kita telah menggantikan kedudukan Tuhan dengan perut ataupun harta, sehingga ini bisa ditafsirkan sebagai suatu dosa yang besar sekali karena telah berlaku syirik yaitu menduakan Tuhan. Dapat dikatakan kita lupa dan jauh sekali dari filosofi dasar Islam diatas, sebab kita telah menuhankan uang, harta, kekuasaan dan lain sebagainya.
Sebaliknya, bila kita selalu dalam kerangka filosofi Islam di atas, maka sebetulnya kita akan sangat tenang menjalankan kehidupan, karena tidak ada yang bisa mengganggu kita dalam berkarya untuk mendapatkan ridho dariNya. Kita akan bekerja bersungguh-sungguh tanpa pamrih, tanpa tergantung dari siapapun baik itu atasan, perusahaan tempat kita bekerja, bahkan kita akan bekerja keras tanpa memikirkan bonus yang akan diterima. Kita tidak perlu memperdulikan keberhasilan rekan-rekan bahkan saingan kita sekalipun, sebab kita akan tetap fokus untuk mencapai hasil karya yang sebaik-baiknya untuk mendapatkan ridhoiNya. Akibat sikap seperti inilah akan terlihat cara kerja yang mempunyai ‘achievement motive’ tinggi, dedikasi, dan komitment terhadap keberhasilan yang tinggi dan lepas dari segala bentuk stress, penyesalan maupun kelelahan karena tujuan bekerja kita maupun reward yang akan kita terima berada jauh diatas campur tangan manusia.
Saya sendiri pernah diingatkan tentang konsep ini. Pada walnya sangat sulit menerima hal ini, karena sepertinya tidak masuk akal. Bukankah selama ini selalu didengung-dengungkan bahwa reward tergantung dari usaha kita? Makin keras kita bekerja maka makin banyak reward yang akan dihasilkan. Oleh sebab itu biasanya kita meminta kondisi / system remunerasi yang jelas sebelum menerima pekerjaan, seolah-olah kita tidak akan perform sebelum kondisi-kondisi preseden tertentu dipenuhi. Hal ini dianggap sangat lumrah dalam menentukan job description v/s remuneration deal.
Di pihak lain saya juga banyak melihat contoh anak-anak muda yang bersikap tidak seperti yang digambarkan di atas. Karena mereka menyadari baru saja lulus (fresh from the oven), belum sama sekali mempunyai track record, maka tidak jarang mereka bersedia bekerja tanpa pamrih, misalnya mereka mengatakan, “anda tidak perlu membayar saya, tapi setelah berjalan 3 sampai 6 bulan dan anda senang dengan pekerjaan saya, bayarlah saya selayak kontribusi / nilai / value saya. Bila anda tidak senang, maka saya akan berterima kasih telah mendapatkan kesempatan berkarya untuk modal mencari pekerjaan ditempat lain”.
Ternyata sebagian besar mereka merupakan orang-orang yang mempunyai masa depan gemilang. Karena tidak adanya pamrih sama sekali, mereka bekerja lebih keras dibanding orang lain yang mempunyai kejelasan dalam sistem remunerasinya.
Perbandingan lain yang juga mencolok adalah, biasanya orang-orang yang aturan main reward and punishment-nya jelas malah lebih sibuk mencari-cari ‘loop-holes’ atau celah sedemikian rupa sehingga dengan bekerja sesedikit mungkin, dapat menghasilkan reward yang lebih besar, sehingga lupa atau bahkan menjauhi tujuan pekerjaan itu sendiri. Orang-orang yang seperti ini juga biasanya tidak mau bekerja lebih dari waktu yang ditentukan biarpun hanya semenit ( barangkali inilah sebenarnya muara terjadinya korupsi ! ). Kalau terjadi kegagalan dalam pekerjaan, maka dialah yang paling sibuk mencari kesalahan orang lain. Tidak perduli urusan orang lain, yang penting adalah dia memenuhi kewajiban dan tidak mau menambah sedikitpun tugas yang bukan termasuk tanggung jawabnya. Dia akan lebih dahulu menanyakan berapa tambahan remunerasi yang akan diterima bila dia melakukan hal tersebut.
Nah, orang-orang semacam ini biasanya lingkup pekerjaannya makin lama makin kecil, setahap demi setahap kontribusinya akan tidak nampak lagi bahkan kadang-kadang sampai lenyap sama sekali. Pada akhirnya dia tampak lebih sebagai beban daripada pendukung organisasi. Untuk melindungi dirinya, biasanya orang-orang semacam ini berusaha mati-matian menahan agar orang lain tidak bisa ikut campur dalam pekerjaannya, sehingga biasanya jabatannya tidak pernah meningkat karena terus di”keep” . Ironinya, bila karena sesuatu dan lain hal, terjadi program pengurangan pegawai, maka ternyata dialah yang akan menjadi orang pertama yang di PHK.
Sebaliknya orang yang bekerja tanpa pamrih karena tidak dibayar, ternyata lebih fokus pada hasil tujuan karyanya tanpa mempedulikan apakah ia akan mendapatkan penghargaan atau tidak, sehingga seringkali justru ia berinisiatif mengambil alih pekerjaan orang lain yang terbengkalai. Dalam hal ini yang menjadi ukuran keberhasilan atau kesuksesannya di fokuskan pada kemanfaatan dari hasil karyanya dan bukan pada reward yang akan diperolehnya. Akibatnya, tentu saja pimpinan atau perusahaan menjadi ketagihan dan sangat membutuhkan orang seperti ini, sehingga karirnya melesat cepat dengan penghasilan yang melonjak agar dia tidak diambil orang lain atau kompetitor. Kadangkala orang-orang seperti ini bahkan berani mengajukan usul agar dia diganti dengan orang yang lebih junior. Situasi ini kemudian secara otomatis mengakibatkan dia terdongkrak pada jabatan yang lebih tinggi dan tentunya remunerasinya jauh lebih baik. Inilah akibat dari kesuksesannya.
Jadi, lucunya di sini adalah dengan mengutamakan peningkatan kontribusi kita, serta memasrahkan rejeki kita di tangan Allah, ternyata membuat kita lebih ikhlas didalam berkarya dan keberhasilannya terlihat sangat mencolok.
Ada juga yang lebih ekstrem, yakni orang yang memasrahkan sepenuhkan nasibnya, karena mereka mengartikannya sebagai takdir yang telah ditentukan Allah, sehingga motivasi untuk bekerja boleh dibilang hilang sama sekali. Biasanya tipe orang yang seperti ini mempunyai karakteristik yang selalu hanya bisa mengeluh dan menyesalkan nasibnya yang dirasakan selalu gagal belaka.
Ini bisa dianggap yang bersangkutan sesungguhnya tidaklah ikhlas atas apapun pekerjaannya atau terjadinya takdir tersebut sehingga kesannya lebih mengarah kepada kekufuran karena dia tidak akan bisa mensyukuri rakhmat yang dilimpahkan Allah kepadanya dan biasanya sebagaimana yang dijanjikanNya orang ini akan menderita makin lama makin dalam. Seringkali orang tersebut berkilah, sebetulnya bila Allah sudah menentukan takdirnya, buat apalagi berusaha, sebab yang akan terjadi terjadilah! Apabila orang tersebut berbuat kesalahan, karena dia menganggap bahwa semua telah direncanakan dan ditakdirkan oleh-Nya, maka seharusnya dia tidak boleh dianggap bertanggung jawab atas perbuatannya. Na’uzubillahi minzalik !
Dalam hal ini pengertian takdir menjadi sangat penting untuk dapat disikapi.
Di dalam ajaran Islam kita diharuskan beriman kepada takdir, sedangkan takdir itu sebagaimana juga wujud Allah adalah dua misteri yang tidak pernah dapat dikuak oleh manusia sampai akhir zaman, akan tetapi kita tetap harus mengimani adanya Allah serta adanya kekuasaan takdir Allah. Mengapa ilmu pengetahuan yang ada tidak dapat menguak kedua hal tersebut diatas ? Saya hanya menduga karena di alam kita sekarang ini semua logika didasarkan asumsi dan premis dimana kita dibatasi oleh ruang dan waktu. Oleh karena kita mempunyai dimensi ruang seperti yang ada sekarang ini, maka sulit dibayangkan wujud Allah yang Maha Besar dan Maha Mengetahui.
Kalau wujud Allah itu besar sekali, maka Ia tidak dapat masuk keruangan yang kecil, sehingga bagaimana Ia mengetahui apa yang terjadi disitu. Akan tetapi bila (ini dugaan saya) alam Allah itu tidak mengenal dimensi ruang, maka tentunya hal itu tidak menjadi masalah. Akan tetapi kita manusia akan sulit membayangkan wujud Allah itu dalam keterbatasan kita yang alamnya mempunyai dimensi ruangan seperti yang ada sekarang.
Demikian pula dengan takdir. Kita mengetahui bahwa di dalam Islam Allah juga mengatakan : “tidaklah nasib suatu kaum itu bisa berubah bila tidak ada usaha dari kaum itu sendiri untuk mengubahnya”. Ini berarti nasib suatu kaum bergantung dari kaum itu sendiri. Pertanyaannya adalah di mana peran takdir disini? Apalagi kita tahu apapun yang telah terjadi, adalah karena telah ditentukan dan direncanakan oleh Allah sebagai TakdirNya.
Bagaimana mungkin kita diperintahkan untuk berusaha apapun sedangkan bila terjadi maka itu menjadi takdir Allah? Kalau begitu kapan takdir Allah itu direncanakan?
Apabila (kembali ini dugaan saya) alam Allah itu ternyata tidak mempunyai dimensi waktu seperti apa yang kita alami ini, maka dapat dikatakan batasan waktu tidak ada, sehingga urutan kejadian bisa saja tidak seperti yang kita alami sekarang ( bandingkan dengan certa film “Back to the Future” ). Dengan demikian mungkin saja masalahnya karena kita tidak dapat mencernakan alam dengan asumsi dan premis seperti itu.
Sebaiknya kita sikapi saja, bahwa arah nasib kita tergantung sepenuhnya dari usaha kita, sedangkan yang (sudah) terjadi, termasuk hasil dari kesalahan kita sekalipun adalah suatu rakhmat Allah yang telah ditakdirkan untuk secara ikhlas kita syukuri dengan cara mengamalkannya di jalan yang diridhoiNya, sebab Allah mempunyai rencana untuk itu, misalnya saja untuk menguji ketaatan ummatnya.
Ada suatu perangkat tip untuk menyikapi usaha kita dalam mengerjakan sesuatu misi:
selama waktu dan resources masih ada ( biar tinggal 5 menit dan tinggal 5 rupiah) tetaplah pada komitmen misi yang sudah kita niatkan sebelumnya.
apapun yang kita korbankan (spend) selama proses ini hendaknya selalu kita anggap sebagai suatu yang kita nikmati pengalamannya (experience-nya).
bila sampai pada batas waktunya kita hanya memperoleh sebagian dari tujuan kita, hendaknya ini kita syukuri, karena Allah pasti mempunyai rencana untuk kita (ingat janji Allah bahwa dibalik semua kesulitan ada kemudahan)
bila ternyata kita tidak mencapai apapun sebagaimana yang kita tuju, hendaknya kita anggap ini suatu jalan atau kesempatan untuk memulai sesuatu komitmen yang baru.
Dengan bersikap seperti diatas, maka kita akan selalu tenang, jauh dari stress dalam menjalani hidup ini dan berkarya secara ikhlas dan saya yakin kita akan selalu, paling sedikit, merasa sukses dalam mencapai tujuan usaha kita.
Dari uraian singkat diatas, saya menjadi yakin sekali akan ajaran Islam yang sebetulnya menyuruh kita berkarya dengan komitmen yang tinggi, penuh keikhlasan semata-mata hanya karenaNya dan untuk mendapatkan ridho dariNya, serta serahkanlah padaNya apapun yang akan kita terima sebagai rewardNya berupa rejeki yang akan dilimpahkan olehNya, untuk kita syukuri. Dan jangan lupa sesungguhnya semua pemberian Allah itu adalah selalu merupakan suatu amanah baru bagi kita untuk mengamalkannya dijalan yang diridhoiNya, itulah sebaik-baiknya cara mensyukuri nikmatNya.
Sesungguhnya Allah itu Maha Adil.
Senin, 12 April 2010
Nikmatnya Berbisnis dengan Allah
Nikmatnya Berbisnis dengan Allah
oleh Ustadz Fathuddin Ja'far, MA.
Setiap manusia memiliki kecenderungan untuk berusaha atau berbisnis. Karena berbisnis bukan hanya cara untuk mendapatkan uang atau harta melimpah. Akan tetapi, bisnis juga di sebagian kalangan masyarakat adalah status sosial yang dibanggakan. Seorang pebisnis atau pedagang yang suskses biasanya dihormati dan disegani oleh banyak orang; sejak dari keluarga, karyawan, teman dan bahkan pejabat pemerintahan. Di Indonesia dan Negara miskin dan berkembang, pengusaha bisa mengatur keputusan hukum dan atau lahirnya perundang-undangan yang menguntungkan mereka dengan membayar para pejabat terkait, baik eksekutif maupun legislatif. Sebab itu, tak heran jika istilah markus (makelar kasus) hukum akhir-akhir ini semarak dibicarakan masyarakat.
Saking nikmatnya berbisnis itu, banyak dari kalangan kaum Muslimin sendiri yang tidak lagi peduli dengan halal atau haram. Tidak ingat lagi kematian dan pertanggung jawaban akhirat bagi semua harta yang dihasilkan. Risywah (sogok-menyogok), riba, data-data fiktif, sunat menyunat, spekulasi, monopoli dan berbagai tindakan menyimpang lainnya sudah menjadi budaya dan kebiasaan. Lebih sedih lagi, nyaris semua aktivitas dan profesi, termasuk politik, aktivitas keagamaan (dakwah), pelayanan sosial dan sebagainya sudah pula dijadikan sebagai lahan bisnis yang paling cepat melahirkan keuntungan harta yang berlipat ganda. Inilah kenyataan yang amat pahit yang sedang dihadapi oleh umat Islam Indonesia, khususnya sejak 10 tahun belakangan.
Islam sama sekali tidak melarang umatnya berbisnis, dan bahkan menganjurkannya. Akan tetapi, Islam juga memberikan persyaratan atau peraturan agar berbisnis itu tidak keluar dari format ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Paling tidak ada lima (5) syarat yang harus dipenuhi jika kita ingin menjadikan bisnis sebagai profesi untuk meraih harta dan kekayaan dunia :
1.Berbisnis itu harus dengan niat mencari ridha Allah. Sedangkan harta yang diperoleh adalah amanah dari Allah. Sebab itu, pada hakikatnya, harta itu adalah milik Allah.
2.Berbisnis harus sesuai dengan sistem Allah dan Rasul-Nya Muhammad Saw. seperti tidak boleh dengan sistem riba, tidak melakukan risywah, kolusi, nepotisme, monopoli, spekulasi dan sebagainya.
3.Barang dan jasa yang dibisniskan tidak boleh yang diharamkan Allah seperti babi, darah, khamar, judi dan sebagainya serta harus yang dihalalkan Allah dan Rasul-Nya.
4.Semua aktivitas yang terkait dengan ibadah dan pengabdian kepada Allah, baik yang terkait dengan ibadah individu, sosial kemasyarakatan, atau apa saja yang terkat dengan kategori dakwah dan jihad, tidak boleh atau haram hukumnya dibisniskan, yakni melaksanakannya dengan tujuan mendapatkan keuntungan dunia, baik yang terkait harta, pangkat, kedudukan, status sosial, pujian dari manusia atau apapun bentuknya.
5.Di dalam harta yang diamanahkan Allah itu terdapat jatah kaum fakir, miskin dan kebutuhan lain di jalan Allah, baik melalui zakat (wajib), maupun sedekah (infak). Oleh sebab itu, harta bukan untuk ditumpuk di dunia, akan tetapi untuk dibelanjakan di jalan Allah. Atau dengan kata lain, harta adalah jalan terbaik untuk berjihad di jalan Allah.
Berdasarkan lima (5) syarat tersebut, maka manajemen harta, baik yang diperoleh melalui bisnis, bekerja, warisan, hibah dan jalan halal lainnya, pada prinsipnya dapat disimpulkan dengan dua pertanyaan mendasar berikut :
1.Apa jenisnya, dari mana dan bagaimana cara memperoleh harta tersebut? Dari jalan yang halalkah atau yang haram?
2.Kemana harta yang diperoleh dengan jalan yang halal itu dibelanjakan? Untuk kepentingan duniakah atau kepentingan akhirat?
Kaum Muslimin rahimakumullah..
Orang yang beriman kepada Allah dengan keimanan yang kuat dan demikian pula iman pada akhirat, tidak akan menghabiskan hidupnya untuk berbisnis dengan pola dan cara yang diharamkan Allah dan Rasul-Nya. Karena ia meyakini dan memahami bahwa hidup ini adalah berbisnis dengan Allah. Untuk apa lagi ia berbisnis dengan pola hanya mengumpulkan kenikmatan dunia seperti yang dijelaskan sebelumnya? Karena berbisnis dengan Allah kenikmatannya, keuntungannya dan kelebihannya tidak mungkin dapat dibandingkan dengan apa yang dirasakan dan dialami oleh para pebisnis yang hanya mengejar dunia, kendati dengan jalan yang dibolehkan. Sebab itu, orang beriman akan memenej hidup ini secara total untuk berbisnis dengan Allah. Semua potensi harta dan dirinya dikerahkan di jalan Allah. Di mata manusia bisa saja dinilai rugi, sulit, berat dan bahkan berbahaya serta nyawanya terancam dan sebagainya. Namun di mata Allah, itulah pebisnis sejati. Pebisnis yang menjadikan harta dan jwanya sebagai modal untuk meraih keridhaan dan syurga Allah Subhanahu Wata’ala.
Para pebisnis dengan Allah semasa hidup di dunia tidak akan pernah berharap lain kecuali mendapatkan ridha dan syurga Allah. Mereka, semasa hidup di dunia, berbisnis dengan Allah melalui sebuah transaksi istimewa dan sangat spesial. Bisnis tersebut terkait dengan proyek promosi dan pemasaran Misi Ibadah dan Visi Khilafah yang Allah percayakan kepada mereka. Bisnis tersebut sangat unik, menarik dan menantang, khususnya bagi mereka yang memahaminya dan menyukai tantangan. Di antara faktor yang menyebabkanya unik, menarik dan menantang itu ialah :
■Produk yang dipromosikan dan yang ditawarkan adalah sitem (software) kehidupan di dunia berkualitas super canggih yang 100 % menjamin kesuksesan para pemakainya.
■Owner (Pemilik) dan Pencipta produk tersebut adalah Tuhan Pencipat alam semesta, yakni Allah Ta’ala dan belum pernah ada dan tidak akan ada kompetitor-Nya.
■Sistem bisnis yang diterapkan adalah sistem keagenan atau disebut dengan sistem khilafah (representative/perwakilan).
■Produk ditawarkan dengan cuma-cuma (secara gratis), di mana para peminat produk tidak dibebankan biaya apapun. Sebaliknya, biaya ditanggung oleh Owner (Tuhan Pencipta) yang ditransfer melalui para agen.
■Target pemasaran para agen tidak terkait dengan berapa besarnya jumlah manusia yang mau menerima produk tersebut dan tidak pula terikat dengan batas-batas teritorial wilayah sehingga luas pasarnya mencakup lima benua. Semua daratan dan lautan ciptaan Tuhan Pencipta yang dihuni oleh manusia adalah menjadi wilayah pemasaran mereka.
■Satu hal yang harus diingat oleh para agen ialah bahwa dalam menawarkan produk sistem hidup di dunia tersebut harus berdasarkan skala prioritas, yakni ditawarkan dan dipasarkan terlebih dahulu kepada istri-istri, anak-anak, karib kerabat, teman-teman dekat dan orang-orang yang berada di bawah kepemimpinan formalnya, jika mereka sedang menduduki suatu lembaga, instansi, organisasi, pemerintahan dan lainnya. Setelah itu baru wilayah pemasarannya meluas ke wilayah lain sampai tanpa batas.
■Demikian pula dengan jumlah agen tidak pernah dibatasi, khususnya setelah Tuhan Pencipta mengutus agen tunggal dan terakhir bernama Muhammad bin Abdullah sejak 1443 tahun yang lalu. Siapa saja yang berminat, apa saja suku, bahasa dan warna kulitnya berhak menjadi agen pemasaran software tersebut, apakah mereka hidup di negara maju, berkembang atau negara-negara miskin ekonomi.
■Bagi para peminat produk tersebut dan mau mengaplikasikannya dalam kehidupan dunia akan dijamin kesuksesannya di dunia dan pasti juga di Akhirat.
■Para peminat produk dan mau menerapkannya dalam kehidupan, berhak mendapatkan keagenan secara otomatis, dengan syarat dan kompensasi yang sama dengan para agen senior sebelumnya.
■Bagi para agen harus siap membiayai promosi dan pemasaran produk tersebut dengan harta dan jiwa mereka yang telah ditransfer oleh Pemilik produk software kehidupan tersebut, yakni Allah Ta’ala. Menariknya, jumlah dana yang harus digunakan untuk biaya marketing software tersebut hanya berkisar antara 2.5 % sampai 30 % dari total yang diterima dari Pemiliknya; Tuhan Pencipta. Sisanya boleh digunakan untuk kepentingan pribadi para agen sebagai commitioning fee, selama digunakan untuk hal-hal yang sesuai dengan petunjuk Pemiliknya. Sebab itu, keikhlasan adalah mutlak adanya.
■Kendati semua biaya pemasaran (marketing cost) ditanggung oleh Pemilik produk software beserta seluruh biaya hidup para agen, namun imbalan, kompensasi dan bonus yang akan diperoleh para agen amatlah besar dan dahsyat, yakni kesuksesan di dunia dan meraih The Great Success di Akhirat, yakni Syurga ‘Adn.
■Agar aktivitas bisnis keagenan tersebut berjalan dengan baik dan maksimal, Pemilik Produk merumuskan sebuah Visi Khilafah (perwakilan atau keagenan) dan Misi Ibadah (komitmen terhadap aturan main) yang sudah ditetapkan-Nya.
Itulah sebuah transaksi unik, sangat menarik dan menantang yang berhasil dijalankan oleh para penghuni Syurga ketika mereka hidup di dunia. Keunikan transaksi tersebut sesungguhnya terletak pada :
■Pemilik produk adalah Allah Tuhan Pencipta.
■Pembeli sesungguhnya juga Allah Tuhan Pencipta
■Harga dan kompensasinya sangat besar dan tak terbatas yakni Syurga, juga dari Allah Tuhan Pencipta.
■Biaya (cost) yang dikeluarkan oleh para agen berupa harta dan jiwa mereka, juga anugerah dari Tuhan Pencipta. Berarti para agen itu berbisnis dengan Allah tanpa modal atau bermodalkan “ZERO”, atau no risk, high return.
■Kalupun dibutuhkan modal, tidak lebih dari tiga K, yakni KEIMANAN, KEMAUAN dan KEIKHLASAN, saat menymbangkan harta dan jiwa di jalan Allah.
Sesungguhnya KEIMANAN, KEMAUAN dan KEIKHLASAN adalah modal utama yang dimiliki orang-orang beriman yang mejalankan transaksi bisnis dengan Allah ketika menjalani kehidupan di dunia. Dengan modal tersebut insya Allah mereka mampu meraih ampunan dan Syurga Allah yang merupakan THE GREAT SUCCESS (Kesuksesan Tanpa Batas) dan tidak akan ada lagi kesuksesan yang menyamainya, apalagi melebihinya. Allah menjelaskan dalam firman-Nya :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا هَلْ أَدُلُّكُمْ عَلَى تِجَارَةٍ تُنْجِيكُمْ مِنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ (10) تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَتُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ (11) يَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَيُدْخِلْكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأَنْهَارُ وَمَسَاكِنَ طَيِّبَةً فِي جَنَّاتِ عَدْنٍ ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ (12)
“Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu bisnis (perniagaan) yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih?(10) (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahuinya,(11) niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkan kamu ke dalam Syurga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam Syurga Adn. Itulah kesuksesan yang amat besar (The Great Success).(12)” (Q.S. As-shof (61) : 10 – 12)
Demikianlah khutbah hari ini, semoga Allah membantu dan menolong kita untuk bisa berbisnis dengan-Nya, yakni berjuang sekeras tenaga, dengan harta dan jiwa di jalan-Nya. Semoga Allah pilih kita menjadi orang-orang yang sukses di sisi-Nya, kendati di mata manusia dianggap gagal. Dan semoga Allah berkenan menghimpunkan kita di syurga Firdaus yang paling tinggi bersama Rasul Saw, para shiddiqin, syuhada’, dan shalihin sebagaimana Allah himpunkan kita di tempat yang mulia ini. Allahumma amin…
بارك الله لي ولكم في القرآن العظيم ونفعني وإياكم بما فيه من الآيات و الذكر الحكيم أقول قولي هذا وأستغفر الله لي ولكم إنه تعالى جواد كريم ملك رؤوف رحيم إنه هو السميع العليم
oleh Ustadz Fathuddin Ja'far, MA.
Setiap manusia memiliki kecenderungan untuk berusaha atau berbisnis. Karena berbisnis bukan hanya cara untuk mendapatkan uang atau harta melimpah. Akan tetapi, bisnis juga di sebagian kalangan masyarakat adalah status sosial yang dibanggakan. Seorang pebisnis atau pedagang yang suskses biasanya dihormati dan disegani oleh banyak orang; sejak dari keluarga, karyawan, teman dan bahkan pejabat pemerintahan. Di Indonesia dan Negara miskin dan berkembang, pengusaha bisa mengatur keputusan hukum dan atau lahirnya perundang-undangan yang menguntungkan mereka dengan membayar para pejabat terkait, baik eksekutif maupun legislatif. Sebab itu, tak heran jika istilah markus (makelar kasus) hukum akhir-akhir ini semarak dibicarakan masyarakat.
Saking nikmatnya berbisnis itu, banyak dari kalangan kaum Muslimin sendiri yang tidak lagi peduli dengan halal atau haram. Tidak ingat lagi kematian dan pertanggung jawaban akhirat bagi semua harta yang dihasilkan. Risywah (sogok-menyogok), riba, data-data fiktif, sunat menyunat, spekulasi, monopoli dan berbagai tindakan menyimpang lainnya sudah menjadi budaya dan kebiasaan. Lebih sedih lagi, nyaris semua aktivitas dan profesi, termasuk politik, aktivitas keagamaan (dakwah), pelayanan sosial dan sebagainya sudah pula dijadikan sebagai lahan bisnis yang paling cepat melahirkan keuntungan harta yang berlipat ganda. Inilah kenyataan yang amat pahit yang sedang dihadapi oleh umat Islam Indonesia, khususnya sejak 10 tahun belakangan.
Islam sama sekali tidak melarang umatnya berbisnis, dan bahkan menganjurkannya. Akan tetapi, Islam juga memberikan persyaratan atau peraturan agar berbisnis itu tidak keluar dari format ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Paling tidak ada lima (5) syarat yang harus dipenuhi jika kita ingin menjadikan bisnis sebagai profesi untuk meraih harta dan kekayaan dunia :
1.Berbisnis itu harus dengan niat mencari ridha Allah. Sedangkan harta yang diperoleh adalah amanah dari Allah. Sebab itu, pada hakikatnya, harta itu adalah milik Allah.
2.Berbisnis harus sesuai dengan sistem Allah dan Rasul-Nya Muhammad Saw. seperti tidak boleh dengan sistem riba, tidak melakukan risywah, kolusi, nepotisme, monopoli, spekulasi dan sebagainya.
3.Barang dan jasa yang dibisniskan tidak boleh yang diharamkan Allah seperti babi, darah, khamar, judi dan sebagainya serta harus yang dihalalkan Allah dan Rasul-Nya.
4.Semua aktivitas yang terkait dengan ibadah dan pengabdian kepada Allah, baik yang terkait dengan ibadah individu, sosial kemasyarakatan, atau apa saja yang terkat dengan kategori dakwah dan jihad, tidak boleh atau haram hukumnya dibisniskan, yakni melaksanakannya dengan tujuan mendapatkan keuntungan dunia, baik yang terkait harta, pangkat, kedudukan, status sosial, pujian dari manusia atau apapun bentuknya.
5.Di dalam harta yang diamanahkan Allah itu terdapat jatah kaum fakir, miskin dan kebutuhan lain di jalan Allah, baik melalui zakat (wajib), maupun sedekah (infak). Oleh sebab itu, harta bukan untuk ditumpuk di dunia, akan tetapi untuk dibelanjakan di jalan Allah. Atau dengan kata lain, harta adalah jalan terbaik untuk berjihad di jalan Allah.
Berdasarkan lima (5) syarat tersebut, maka manajemen harta, baik yang diperoleh melalui bisnis, bekerja, warisan, hibah dan jalan halal lainnya, pada prinsipnya dapat disimpulkan dengan dua pertanyaan mendasar berikut :
1.Apa jenisnya, dari mana dan bagaimana cara memperoleh harta tersebut? Dari jalan yang halalkah atau yang haram?
2.Kemana harta yang diperoleh dengan jalan yang halal itu dibelanjakan? Untuk kepentingan duniakah atau kepentingan akhirat?
Kaum Muslimin rahimakumullah..
Orang yang beriman kepada Allah dengan keimanan yang kuat dan demikian pula iman pada akhirat, tidak akan menghabiskan hidupnya untuk berbisnis dengan pola dan cara yang diharamkan Allah dan Rasul-Nya. Karena ia meyakini dan memahami bahwa hidup ini adalah berbisnis dengan Allah. Untuk apa lagi ia berbisnis dengan pola hanya mengumpulkan kenikmatan dunia seperti yang dijelaskan sebelumnya? Karena berbisnis dengan Allah kenikmatannya, keuntungannya dan kelebihannya tidak mungkin dapat dibandingkan dengan apa yang dirasakan dan dialami oleh para pebisnis yang hanya mengejar dunia, kendati dengan jalan yang dibolehkan. Sebab itu, orang beriman akan memenej hidup ini secara total untuk berbisnis dengan Allah. Semua potensi harta dan dirinya dikerahkan di jalan Allah. Di mata manusia bisa saja dinilai rugi, sulit, berat dan bahkan berbahaya serta nyawanya terancam dan sebagainya. Namun di mata Allah, itulah pebisnis sejati. Pebisnis yang menjadikan harta dan jwanya sebagai modal untuk meraih keridhaan dan syurga Allah Subhanahu Wata’ala.
Para pebisnis dengan Allah semasa hidup di dunia tidak akan pernah berharap lain kecuali mendapatkan ridha dan syurga Allah. Mereka, semasa hidup di dunia, berbisnis dengan Allah melalui sebuah transaksi istimewa dan sangat spesial. Bisnis tersebut terkait dengan proyek promosi dan pemasaran Misi Ibadah dan Visi Khilafah yang Allah percayakan kepada mereka. Bisnis tersebut sangat unik, menarik dan menantang, khususnya bagi mereka yang memahaminya dan menyukai tantangan. Di antara faktor yang menyebabkanya unik, menarik dan menantang itu ialah :
■Produk yang dipromosikan dan yang ditawarkan adalah sitem (software) kehidupan di dunia berkualitas super canggih yang 100 % menjamin kesuksesan para pemakainya.
■Owner (Pemilik) dan Pencipta produk tersebut adalah Tuhan Pencipat alam semesta, yakni Allah Ta’ala dan belum pernah ada dan tidak akan ada kompetitor-Nya.
■Sistem bisnis yang diterapkan adalah sistem keagenan atau disebut dengan sistem khilafah (representative/perwakilan).
■Produk ditawarkan dengan cuma-cuma (secara gratis), di mana para peminat produk tidak dibebankan biaya apapun. Sebaliknya, biaya ditanggung oleh Owner (Tuhan Pencipta) yang ditransfer melalui para agen.
■Target pemasaran para agen tidak terkait dengan berapa besarnya jumlah manusia yang mau menerima produk tersebut dan tidak pula terikat dengan batas-batas teritorial wilayah sehingga luas pasarnya mencakup lima benua. Semua daratan dan lautan ciptaan Tuhan Pencipta yang dihuni oleh manusia adalah menjadi wilayah pemasaran mereka.
■Satu hal yang harus diingat oleh para agen ialah bahwa dalam menawarkan produk sistem hidup di dunia tersebut harus berdasarkan skala prioritas, yakni ditawarkan dan dipasarkan terlebih dahulu kepada istri-istri, anak-anak, karib kerabat, teman-teman dekat dan orang-orang yang berada di bawah kepemimpinan formalnya, jika mereka sedang menduduki suatu lembaga, instansi, organisasi, pemerintahan dan lainnya. Setelah itu baru wilayah pemasarannya meluas ke wilayah lain sampai tanpa batas.
■Demikian pula dengan jumlah agen tidak pernah dibatasi, khususnya setelah Tuhan Pencipta mengutus agen tunggal dan terakhir bernama Muhammad bin Abdullah sejak 1443 tahun yang lalu. Siapa saja yang berminat, apa saja suku, bahasa dan warna kulitnya berhak menjadi agen pemasaran software tersebut, apakah mereka hidup di negara maju, berkembang atau negara-negara miskin ekonomi.
■Bagi para peminat produk tersebut dan mau mengaplikasikannya dalam kehidupan dunia akan dijamin kesuksesannya di dunia dan pasti juga di Akhirat.
■Para peminat produk dan mau menerapkannya dalam kehidupan, berhak mendapatkan keagenan secara otomatis, dengan syarat dan kompensasi yang sama dengan para agen senior sebelumnya.
■Bagi para agen harus siap membiayai promosi dan pemasaran produk tersebut dengan harta dan jiwa mereka yang telah ditransfer oleh Pemilik produk software kehidupan tersebut, yakni Allah Ta’ala. Menariknya, jumlah dana yang harus digunakan untuk biaya marketing software tersebut hanya berkisar antara 2.5 % sampai 30 % dari total yang diterima dari Pemiliknya; Tuhan Pencipta. Sisanya boleh digunakan untuk kepentingan pribadi para agen sebagai commitioning fee, selama digunakan untuk hal-hal yang sesuai dengan petunjuk Pemiliknya. Sebab itu, keikhlasan adalah mutlak adanya.
■Kendati semua biaya pemasaran (marketing cost) ditanggung oleh Pemilik produk software beserta seluruh biaya hidup para agen, namun imbalan, kompensasi dan bonus yang akan diperoleh para agen amatlah besar dan dahsyat, yakni kesuksesan di dunia dan meraih The Great Success di Akhirat, yakni Syurga ‘Adn.
■Agar aktivitas bisnis keagenan tersebut berjalan dengan baik dan maksimal, Pemilik Produk merumuskan sebuah Visi Khilafah (perwakilan atau keagenan) dan Misi Ibadah (komitmen terhadap aturan main) yang sudah ditetapkan-Nya.
Itulah sebuah transaksi unik, sangat menarik dan menantang yang berhasil dijalankan oleh para penghuni Syurga ketika mereka hidup di dunia. Keunikan transaksi tersebut sesungguhnya terletak pada :
■Pemilik produk adalah Allah Tuhan Pencipta.
■Pembeli sesungguhnya juga Allah Tuhan Pencipta
■Harga dan kompensasinya sangat besar dan tak terbatas yakni Syurga, juga dari Allah Tuhan Pencipta.
■Biaya (cost) yang dikeluarkan oleh para agen berupa harta dan jiwa mereka, juga anugerah dari Tuhan Pencipta. Berarti para agen itu berbisnis dengan Allah tanpa modal atau bermodalkan “ZERO”, atau no risk, high return.
■Kalupun dibutuhkan modal, tidak lebih dari tiga K, yakni KEIMANAN, KEMAUAN dan KEIKHLASAN, saat menymbangkan harta dan jiwa di jalan Allah.
Sesungguhnya KEIMANAN, KEMAUAN dan KEIKHLASAN adalah modal utama yang dimiliki orang-orang beriman yang mejalankan transaksi bisnis dengan Allah ketika menjalani kehidupan di dunia. Dengan modal tersebut insya Allah mereka mampu meraih ampunan dan Syurga Allah yang merupakan THE GREAT SUCCESS (Kesuksesan Tanpa Batas) dan tidak akan ada lagi kesuksesan yang menyamainya, apalagi melebihinya. Allah menjelaskan dalam firman-Nya :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا هَلْ أَدُلُّكُمْ عَلَى تِجَارَةٍ تُنْجِيكُمْ مِنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ (10) تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَتُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ (11) يَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَيُدْخِلْكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأَنْهَارُ وَمَسَاكِنَ طَيِّبَةً فِي جَنَّاتِ عَدْنٍ ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ (12)
“Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu bisnis (perniagaan) yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih?(10) (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahuinya,(11) niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkan kamu ke dalam Syurga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam Syurga Adn. Itulah kesuksesan yang amat besar (The Great Success).(12)” (Q.S. As-shof (61) : 10 – 12)
Demikianlah khutbah hari ini, semoga Allah membantu dan menolong kita untuk bisa berbisnis dengan-Nya, yakni berjuang sekeras tenaga, dengan harta dan jiwa di jalan-Nya. Semoga Allah pilih kita menjadi orang-orang yang sukses di sisi-Nya, kendati di mata manusia dianggap gagal. Dan semoga Allah berkenan menghimpunkan kita di syurga Firdaus yang paling tinggi bersama Rasul Saw, para shiddiqin, syuhada’, dan shalihin sebagaimana Allah himpunkan kita di tempat yang mulia ini. Allahumma amin…
بارك الله لي ولكم في القرآن العظيم ونفعني وإياكم بما فيه من الآيات و الذكر الحكيم أقول قولي هذا وأستغفر الله لي ولكم إنه تعالى جواد كريم ملك رؤوف رحيم إنه هو السميع العليم
Menjadi Pribadi Unggul dan Berprestasi
Menjadi Pribadi Unggul dan Berprestasi
“ Jauhilah orang-orang yang berusaha mengecilkan impian anda. Orang kecil selalu melakukan hal itu, sebaliknya orang yang sungguh-sungguh besar akan membuat Anda merasa bahwa Anda pun bisa menjadi orang besar.”
Sobat, karakter manusia dibentuk dari kebiasaan-kebiasaan. Dan kebiasaan adalah cara kita berpikir, bertindak, dan bereaksi secara konsisten. Kebiasaan dapat dikontrol, bahkan dapat dipelajari. Kita pun dapat memilih kebiasaan mana yang mau dikembangkan apalagi memilih untuk mengembangkan kebiasaan sukses itu adalah pilihan kita bukan takdir.Mengembangkan kebiasaan sukses dimulai dari penguasaan diri dan mengenal jati diri kita sesunggunya. Dengan menjawab pertanyaan ini, Dari mana kita berasal? Untuk apa kita hidup ? Ke mana setelah kehidupan di dunia ini?
Sobat, kebiasaan sukses menuntut perubahan sikap yang besar. Hal ini membutuhkan waktu dan menuntut kemauan yang kuat serta komitmen untuk menjalaninya. Menguasai diri adalah upaya sungguh untuk disiplin pada diri sendiri. Bersyukurlah kepada Allah SWT setiap pagi dan ketahuilah bahwa kita memiliki sesuatu untuk dikerjakan yang memang harus dikerjakan, entah kita suka melakukannya atau tidak. Serta senantiasa bertanya prestasi apa yang bisa saya raih dan lakukan yang menjadikan Allah mencintai kita?
Kebiasaan sukses adalah irisan dari pengetahuan, keterampilan, dan keinginan. Latihlah terus-menerus sobat, kebiasaan baik ini ; Mengetahui apa yang harus dilakukan, Mengetahui Bagaimana melakukannya, dan memiliki keinginan yang kuat untuk melakukannya.
Sobat, sesungguhnya potensi manusia itu tak pernah ada batasnya. Kemampuan kita untuk melihat diri sendiri di masa mendatang, membuat rencana, dan menjalankan rencana itu dengan baik. Inilah yang akan membuat perbedaan!
Orang dengan kebiasaan sukses memiliki kecenderungan alami yang kuat untuk meraih prestasi tinggi. Hal apa saja yang memberi panduan kepada kita untuk menjadi orang yang berpotensi dan memiliki pribadi unggul dan berprestasi? Diantaranya sebagai berikut :
1. Mencoba dan mencoba lagi , kalau kita gagal mempelajari sesuatu, coba lagi, dan coba lagi. Kalau berhasil, kita lanjutkan dengan pelajaran berikutnya. Jadi, kita tak pernah berhenti belajar.
2. Kenali potensi diri dan maksimalkan, Temukanlah potensi diri yang belum dikembangkan. Ketika kita mengembangkan kekuatan yang belum berkembang itu, dan melihat bahwa diri kita penuh dengan potensi maka kita akan lebih bersemangat. Cara pandang kita yang positif terhadap diri sendiri, menumbuhkan harga diri kita. Akibatnya kita menjadi lebih produktif.
3. Do the best. Lakukan yang terbaik. Mencapai potensi maksimal bergantung pada seberapa keras kita berusaha. Potensi terbaik kita juga dapat dilihat dari seberapa besar semangat kita untuk melakukannya.
4. Tidak takut dengan perubahan. Dia optimis dan bersuka cita. Ia tidak takut akan perubahan yang terjadi dalam hidupnya akibatnya kekuatannya berkembang. Perubahan yang terjadi dalam hidup kita memicu kita untuk bertumbuh menjadi lebih baik dan dewasa.
5. Hindarilah stagnasi dan lakukan inovasi. Cobalah untuk melakukan sesuatu dengan cara yang baru. Jangan takut menjadi yang pertama dan pioner. Tak perlu segan mengumbar ide baru yang segar demi masa depan.
6. Memiliki tujuan hidup dengan jelas dan memiliki visi untuk melakukan terobosan-terobosan baru.
7. Amati bagaimana orang-orang sukses berpikir dan berperilaku. Pelajari bagaimana mereka bekerja. Berpikirlah seperti mereka berpikir dan bekerja seperti mereka bekerja. Praktekkan prinsip-prinsip dari tokoh-tokoh besar sepanjang zaman.
8. Berani mengambil resiko. Hadapilah kekhawatiran kita. Siapa tahu kita berpotensi untuk menjadi penjelajah, penemu, ilmuwan, pemimpin, bahkan menjadi agen perubahan dunia!
9. Memiliki dorongan yang besar untuk berkarya. Kualitas kehidupan seseorang tergantung pada komitmennya terhadap kesempurnaan hidup, terlepas dari apa pun bidang yang dipilihnya.
10. Berpikir Saya menang- Anda Menang serta mengembangkan kebiasaan bersinergi.
11. Setia pada perkara kecil dan terdorong oleh setiap prestasi kecil. Selalu menyelesaikan apa yang telah di mulai. Jangan menyerah di tengah jalan.
12. Jagalah Hati ! Jangan kau kotori! Dengan Iman, Takwa serta tawakkal kepada Allah SWT.
13. Memiliki Tekad yang kuat untuk Sukses. Tekad berasal dari hasrat yang menyala-nyala. Tekad memberi kita kekuatan untuk melakukan tujuan kita. Tekad adalah menggunakan segenap tenaga untuk fokus pada pencapaian tujuan.
Sobat, sebagai akhir dari tulisan singkat ini, Never Give Up! Jika kita telah merencanakan tujuan, menyusun rencana dan menjalaninya. Teruslah melangkah dan lakukan hal-hal di atas hingga mencapai apa yang dari semula telah kita rencanakan. Hal ini adalah sikap kebiasaan yang patut untuk dikembangkan.
”Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim sucikan hati kami, bersihkan dari pikiran-pikiran negatif dan sampah-sampah kehidupan, jernihkan pikiran kami, dan mudahkan segala urusan kami, jadikanlah kami hamba-hamba-Mu yang senantiasa bersyukur dan melakukan segala hal yang berkualitas yang menjadikan Engkau Ridho. Ampunilah dosa-dosa kami serta kabulkan do’a kami. Amin.”
Salam Sukses Mulia! Salam Dahsyat dan Luar Biasa! Change Your Thinking. Change Your life.
“ Jauhilah orang-orang yang berusaha mengecilkan impian anda. Orang kecil selalu melakukan hal itu, sebaliknya orang yang sungguh-sungguh besar akan membuat Anda merasa bahwa Anda pun bisa menjadi orang besar.”
Sobat, karakter manusia dibentuk dari kebiasaan-kebiasaan. Dan kebiasaan adalah cara kita berpikir, bertindak, dan bereaksi secara konsisten. Kebiasaan dapat dikontrol, bahkan dapat dipelajari. Kita pun dapat memilih kebiasaan mana yang mau dikembangkan apalagi memilih untuk mengembangkan kebiasaan sukses itu adalah pilihan kita bukan takdir.Mengembangkan kebiasaan sukses dimulai dari penguasaan diri dan mengenal jati diri kita sesunggunya. Dengan menjawab pertanyaan ini, Dari mana kita berasal? Untuk apa kita hidup ? Ke mana setelah kehidupan di dunia ini?
Sobat, kebiasaan sukses menuntut perubahan sikap yang besar. Hal ini membutuhkan waktu dan menuntut kemauan yang kuat serta komitmen untuk menjalaninya. Menguasai diri adalah upaya sungguh untuk disiplin pada diri sendiri. Bersyukurlah kepada Allah SWT setiap pagi dan ketahuilah bahwa kita memiliki sesuatu untuk dikerjakan yang memang harus dikerjakan, entah kita suka melakukannya atau tidak. Serta senantiasa bertanya prestasi apa yang bisa saya raih dan lakukan yang menjadikan Allah mencintai kita?
Kebiasaan sukses adalah irisan dari pengetahuan, keterampilan, dan keinginan. Latihlah terus-menerus sobat, kebiasaan baik ini ; Mengetahui apa yang harus dilakukan, Mengetahui Bagaimana melakukannya, dan memiliki keinginan yang kuat untuk melakukannya.
Sobat, sesungguhnya potensi manusia itu tak pernah ada batasnya. Kemampuan kita untuk melihat diri sendiri di masa mendatang, membuat rencana, dan menjalankan rencana itu dengan baik. Inilah yang akan membuat perbedaan!
Orang dengan kebiasaan sukses memiliki kecenderungan alami yang kuat untuk meraih prestasi tinggi. Hal apa saja yang memberi panduan kepada kita untuk menjadi orang yang berpotensi dan memiliki pribadi unggul dan berprestasi? Diantaranya sebagai berikut :
1. Mencoba dan mencoba lagi , kalau kita gagal mempelajari sesuatu, coba lagi, dan coba lagi. Kalau berhasil, kita lanjutkan dengan pelajaran berikutnya. Jadi, kita tak pernah berhenti belajar.
2. Kenali potensi diri dan maksimalkan, Temukanlah potensi diri yang belum dikembangkan. Ketika kita mengembangkan kekuatan yang belum berkembang itu, dan melihat bahwa diri kita penuh dengan potensi maka kita akan lebih bersemangat. Cara pandang kita yang positif terhadap diri sendiri, menumbuhkan harga diri kita. Akibatnya kita menjadi lebih produktif.
3. Do the best. Lakukan yang terbaik. Mencapai potensi maksimal bergantung pada seberapa keras kita berusaha. Potensi terbaik kita juga dapat dilihat dari seberapa besar semangat kita untuk melakukannya.
4. Tidak takut dengan perubahan. Dia optimis dan bersuka cita. Ia tidak takut akan perubahan yang terjadi dalam hidupnya akibatnya kekuatannya berkembang. Perubahan yang terjadi dalam hidup kita memicu kita untuk bertumbuh menjadi lebih baik dan dewasa.
5. Hindarilah stagnasi dan lakukan inovasi. Cobalah untuk melakukan sesuatu dengan cara yang baru. Jangan takut menjadi yang pertama dan pioner. Tak perlu segan mengumbar ide baru yang segar demi masa depan.
6. Memiliki tujuan hidup dengan jelas dan memiliki visi untuk melakukan terobosan-terobosan baru.
7. Amati bagaimana orang-orang sukses berpikir dan berperilaku. Pelajari bagaimana mereka bekerja. Berpikirlah seperti mereka berpikir dan bekerja seperti mereka bekerja. Praktekkan prinsip-prinsip dari tokoh-tokoh besar sepanjang zaman.
8. Berani mengambil resiko. Hadapilah kekhawatiran kita. Siapa tahu kita berpotensi untuk menjadi penjelajah, penemu, ilmuwan, pemimpin, bahkan menjadi agen perubahan dunia!
9. Memiliki dorongan yang besar untuk berkarya. Kualitas kehidupan seseorang tergantung pada komitmennya terhadap kesempurnaan hidup, terlepas dari apa pun bidang yang dipilihnya.
10. Berpikir Saya menang- Anda Menang serta mengembangkan kebiasaan bersinergi.
11. Setia pada perkara kecil dan terdorong oleh setiap prestasi kecil. Selalu menyelesaikan apa yang telah di mulai. Jangan menyerah di tengah jalan.
12. Jagalah Hati ! Jangan kau kotori! Dengan Iman, Takwa serta tawakkal kepada Allah SWT.
13. Memiliki Tekad yang kuat untuk Sukses. Tekad berasal dari hasrat yang menyala-nyala. Tekad memberi kita kekuatan untuk melakukan tujuan kita. Tekad adalah menggunakan segenap tenaga untuk fokus pada pencapaian tujuan.
Sobat, sebagai akhir dari tulisan singkat ini, Never Give Up! Jika kita telah merencanakan tujuan, menyusun rencana dan menjalaninya. Teruslah melangkah dan lakukan hal-hal di atas hingga mencapai apa yang dari semula telah kita rencanakan. Hal ini adalah sikap kebiasaan yang patut untuk dikembangkan.
”Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim sucikan hati kami, bersihkan dari pikiran-pikiran negatif dan sampah-sampah kehidupan, jernihkan pikiran kami, dan mudahkan segala urusan kami, jadikanlah kami hamba-hamba-Mu yang senantiasa bersyukur dan melakukan segala hal yang berkualitas yang menjadikan Engkau Ridho. Ampunilah dosa-dosa kami serta kabulkan do’a kami. Amin.”
Salam Sukses Mulia! Salam Dahsyat dan Luar Biasa! Change Your Thinking. Change Your life.
Mengenal Potensi Diri Untuk Berprestasi
Mengenal Potensi Diri Untuk Berprestasi
Salah satu aturan main dalam permainan hidup (the game of life) adalah diberlakukannya hukum kompetisi/persaingan. Kenyataan menunjukkan semua orang memiliki keinginan umum yang sama: ingin kaya, ingin dihormati atau ingin berprestasi di bidang tertentu. Akan tetapi tidak semuanya dapat mencapai apa yang diinginkannya. Mengapa demikian ?
Hal ini karena masing-masing individu memiliki potensi diri yang berbeda dengan lainnya. Pengertian potensi diri adalah kemampuan yang dimiliki setiap pribadi (individu) yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan dalam berprestasi. Potensi diri adalah kemampuan yang terpendam pada diri setiap orang, setiap orang memilikinya
Secara umum potensi diri yang ada pada setiap manusia dapat dibedakan menjadi 5 macam yaitu :
1. Potensi Fisik ( Psychomotoric )
Merupakan potensi fisik manusia yang dapat diberdayakan sesuai fungsinya untuk berbagai kepentingan dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup. Misalnya mata untuk melihat, kaki untuk berjalan, telinga untuk mendengar dan lain-lain.
2. Potensi Mental Intelektual ( Intellectual Quotient )
Merupakan potensi kecerdasan yang ada pada otak manusia ( terutama otak sebelah kiri ). Fungsi potensi tersebut adalah untuk merencanakan sesuatu, menghitung dan menganalisis.
3. Potensi Sosial Emosional ( Emotional Quotient )
Merupakan potensi kecerdasan yang ada pada otak manusia ( terutama otak sebelah kanan ). Fungsinya antara lain untuk mengendalikan amarah, bertanggungjawab, motivasi dan kesadaran diri.
4. Potensi Mental Spiritual ( Spiritual Quotient )
Merupakan potensi kecerdasan yang bertumpu pada bagian dalam diri manusia yang berhubungan dengan jiwa sadar atau kearifan di luar ego. Secara umum Spiritual Quotient merupakan kecerdasan yang berhubungan dengan keimanan dan akhlak mulia.
5. Potensi Daya Juang ( Adversity Quotient )
Merupakan potensi kecerdasan manusia yang bertumpu pada bagian dalam diri manusia yang berhubungan dengan keuletan, ketangguhan dan daya juang tinggi. Melalui potensi ini, seseorang mampu mengubah rintangan dan tantangan menjadi peluang.
Salah satu aturan main dalam permainan hidup (the game of life) adalah diberlakukannya hukum kompetisi/persaingan. Kenyataan menunjukkan semua orang memiliki keinginan umum yang sama: ingin kaya, ingin dihormati atau ingin berprestasi di bidang tertentu. Akan tetapi tidak semuanya dapat mencapai apa yang diinginkannya. Mengapa demikian ?
Hal ini karena masing-masing individu memiliki potensi diri yang berbeda dengan lainnya. Pengertian potensi diri adalah kemampuan yang dimiliki setiap pribadi (individu) yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan dalam berprestasi. Potensi diri adalah kemampuan yang terpendam pada diri setiap orang, setiap orang memilikinya
Secara umum potensi diri yang ada pada setiap manusia dapat dibedakan menjadi 5 macam yaitu :
1. Potensi Fisik ( Psychomotoric )
Merupakan potensi fisik manusia yang dapat diberdayakan sesuai fungsinya untuk berbagai kepentingan dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup. Misalnya mata untuk melihat, kaki untuk berjalan, telinga untuk mendengar dan lain-lain.
2. Potensi Mental Intelektual ( Intellectual Quotient )
Merupakan potensi kecerdasan yang ada pada otak manusia ( terutama otak sebelah kiri ). Fungsi potensi tersebut adalah untuk merencanakan sesuatu, menghitung dan menganalisis.
3. Potensi Sosial Emosional ( Emotional Quotient )
Merupakan potensi kecerdasan yang ada pada otak manusia ( terutama otak sebelah kanan ). Fungsinya antara lain untuk mengendalikan amarah, bertanggungjawab, motivasi dan kesadaran diri.
4. Potensi Mental Spiritual ( Spiritual Quotient )
Merupakan potensi kecerdasan yang bertumpu pada bagian dalam diri manusia yang berhubungan dengan jiwa sadar atau kearifan di luar ego. Secara umum Spiritual Quotient merupakan kecerdasan yang berhubungan dengan keimanan dan akhlak mulia.
5. Potensi Daya Juang ( Adversity Quotient )
Merupakan potensi kecerdasan manusia yang bertumpu pada bagian dalam diri manusia yang berhubungan dengan keuletan, ketangguhan dan daya juang tinggi. Melalui potensi ini, seseorang mampu mengubah rintangan dan tantangan menjadi peluang.
Minggu, 11 April 2010
Step by step optimalisasi potensi diri
Hal yang paling fundamental dalam menentukan kualitas perilaku adalah pengenalan terhadap diri sendiri. Rata-rata manusia hanya menggunakan 0,01% dari kemampuannya artinya masih terdapat potensi 99,99% yang belum termanfaatkan dengan baik (Joice Wycoff, Mind Maping,1991). Dengan kata lain mungkin kita juga termasuk diantara orang yang bahkan tidak menyadari potensi yang sebenarnya kita miliki.
Disamping itu perilaku kita dipengaruhi oleh sikap kita terhadap sesuatu. Sederhananya perilaku yang sifatnya implemanted tadi asalnya dari sikap kita yang masih ada dalam mindset pikiran kita. Sikap yang kita miliki sangat tergantung dari keyakinan kita terhadap konsep, keyakinan dan nilai-nilai yang kita terima sepanjang perjalanan hidup kita.
Didalam pikiran bawah sadar kita hal-hal diatas tersimpan dalam file-file yang positif dan negative. Ketika berhadapan dengan peristiwa dimasa kini kita memiliki kecenderungan untuk membuka file-file tersebut dan mengukur menurut parameter dan pengalaman kita dimasa lalu. Padahal hal ini tidak selalu benar. Memang kecenderungan manusia akan lebih banyak mengingat hal yang sifatnya negatif dibandingkan dengan hal-hal yang positif. Maka hati-hati bersikap buat anda-anda yang berprofesi sebagai penyedia jasa layanan publik. Sekali anda ketus atau tidak tanggap terhadap customer anda maka mereka akan tidak datang lagi ke perusahaan kita, masih mending kalau cuma itu. Waspadai juga kecenderungan orang untuk bercerita tentang ketidakpuasan kepada sembilan orang yang lain, serta sebaliknya kelima orang yang lain apabila semua kebutuhannya terpenuhi.
Kembali pada masalah sikap tadi ada pepatah mengatakan bahwa ”bukanlah kejadian itu yang mempengaruhi perilaku kita namun sikap kita terhadap kejadian itu”. Artinya kita memasukkannya dalam file yang negative atau positif tergantung cara kita memandang kejadian tersebut.
Berdasarkan tinjauan yang ekstensif terhadap survey yang dilakukan pada banyak perusahaan sebuah analisis menyimpulkan bahwa pertimbangan paling penting dalam menerima karyawan dan defisit paling besar antara anggota tenaga kerja baru adalah sikap kerja yang mereka bawa dalam pekerjaan mereka. Sikap dapat membantu memprediksi perilaku kerja. Misalnya jika survey sikap menunjukkan bahwa pekerja marah dengan perubahan aturan kerja dan minggu berikutnya ketidakhadiran meningkat tajam maka manajemen dapat menyimpulkan bahwa sikap negatif pada aturan kerja menghasilkan peningkatan ketidakhadiran pekerja. Pemahaman sikap juga penting karena sikap membantu orang menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja mereka.
Hambatan Mengubah Sikap
Memang pada kenyataannya merubah sikap sangat tidak mudah diantaranya pertama apabila hal itu didukung oleh sebuah komitmen bisa saja terjadi saat orang membuat komitmen pada tindakan tertentu dan tidak ingin berubah. Kedua, Akibat informasi yang tidak memadai akan membuat orang tidak melihat alasan untuk mengubah sikap. Ketiga, Melihat contoh dari orang tua, atau atasan yang tetap melakukan sikap yang negatif sehingga hal ini dianggap wajar.
Supaya pembahasan lebih komprehensif, disinggung pula mengenai karakter. Definisi karakter adalah, dalam ilmu psikologi, watak oleh orang Belanda disebut dengan ”karakter”. Karakter berasal dari bahasa Yunani yaitu Charas Sein. Yang mula-mula berarti ”coretan” atau goresan. Selanjutnya berarti stempel atau gambaran yang ditinggalkan oleh stempel itu. Jadi, di sini kita akan menganggap bahwa tingkah laku manusia adalah pencerminan dari seluruh pribadinya, dan secara sepintas menunjukkan wataknya.
Watak adalah salah satu ciri makhluk sosial. Untuk dapat diterima dilingkungan manapun kita sebaiknya mampu untuk belajar me
Disamping itu perilaku kita dipengaruhi oleh sikap kita terhadap sesuatu. Sederhananya perilaku yang sifatnya implemanted tadi asalnya dari sikap kita yang masih ada dalam mindset pikiran kita. Sikap yang kita miliki sangat tergantung dari keyakinan kita terhadap konsep, keyakinan dan nilai-nilai yang kita terima sepanjang perjalanan hidup kita.
Didalam pikiran bawah sadar kita hal-hal diatas tersimpan dalam file-file yang positif dan negative. Ketika berhadapan dengan peristiwa dimasa kini kita memiliki kecenderungan untuk membuka file-file tersebut dan mengukur menurut parameter dan pengalaman kita dimasa lalu. Padahal hal ini tidak selalu benar. Memang kecenderungan manusia akan lebih banyak mengingat hal yang sifatnya negatif dibandingkan dengan hal-hal yang positif. Maka hati-hati bersikap buat anda-anda yang berprofesi sebagai penyedia jasa layanan publik. Sekali anda ketus atau tidak tanggap terhadap customer anda maka mereka akan tidak datang lagi ke perusahaan kita, masih mending kalau cuma itu. Waspadai juga kecenderungan orang untuk bercerita tentang ketidakpuasan kepada sembilan orang yang lain, serta sebaliknya kelima orang yang lain apabila semua kebutuhannya terpenuhi.
Kembali pada masalah sikap tadi ada pepatah mengatakan bahwa ”bukanlah kejadian itu yang mempengaruhi perilaku kita namun sikap kita terhadap kejadian itu”. Artinya kita memasukkannya dalam file yang negative atau positif tergantung cara kita memandang kejadian tersebut.
Berdasarkan tinjauan yang ekstensif terhadap survey yang dilakukan pada banyak perusahaan sebuah analisis menyimpulkan bahwa pertimbangan paling penting dalam menerima karyawan dan defisit paling besar antara anggota tenaga kerja baru adalah sikap kerja yang mereka bawa dalam pekerjaan mereka. Sikap dapat membantu memprediksi perilaku kerja. Misalnya jika survey sikap menunjukkan bahwa pekerja marah dengan perubahan aturan kerja dan minggu berikutnya ketidakhadiran meningkat tajam maka manajemen dapat menyimpulkan bahwa sikap negatif pada aturan kerja menghasilkan peningkatan ketidakhadiran pekerja. Pemahaman sikap juga penting karena sikap membantu orang menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja mereka.
Hambatan Mengubah Sikap
Memang pada kenyataannya merubah sikap sangat tidak mudah diantaranya pertama apabila hal itu didukung oleh sebuah komitmen bisa saja terjadi saat orang membuat komitmen pada tindakan tertentu dan tidak ingin berubah. Kedua, Akibat informasi yang tidak memadai akan membuat orang tidak melihat alasan untuk mengubah sikap. Ketiga, Melihat contoh dari orang tua, atau atasan yang tetap melakukan sikap yang negatif sehingga hal ini dianggap wajar.
Supaya pembahasan lebih komprehensif, disinggung pula mengenai karakter. Definisi karakter adalah, dalam ilmu psikologi, watak oleh orang Belanda disebut dengan ”karakter”. Karakter berasal dari bahasa Yunani yaitu Charas Sein. Yang mula-mula berarti ”coretan” atau goresan. Selanjutnya berarti stempel atau gambaran yang ditinggalkan oleh stempel itu. Jadi, di sini kita akan menganggap bahwa tingkah laku manusia adalah pencerminan dari seluruh pribadinya, dan secara sepintas menunjukkan wataknya.
Watak adalah salah satu ciri makhluk sosial. Untuk dapat diterima dilingkungan manapun kita sebaiknya mampu untuk belajar me
Bekerja dengan Hati Nurani dan Keikhlasan
Kadang-kadang kita merasa tersiksa dengan pekerjaan kita. Tapi saya pikir kita tak perlu tersiksa dengan pekerjaan itu. Caranya adalah akuilah dalam lubuk hati kita bahwa pekerjaan kita adalah kewajiban kita. Kewajiban kita tentunya tidak harus dikerjakan orang lain. kalau pekerjaan kita dikerjakan oleh orang lain, maka itu artinya kita menjadi orang yang tidak bertanggungjawab atas kewajiban kita.
Ada beberapa sebab orang merasa tidak enjoy dan tersiksa dengan pekerjaannya:
1.Karena bekerja dengan pamrih, yakni mengharapkan sesuatu, mulai dari hal-hal yang kecil seperti pujian, bahkan sampai pada hal yang mendasarkan seperti kebutuhan hidup. Kemudian yang diharapkan itu tidak didapatkan dalam pekerjaan, maka seseorang akan merasa tidak nyaman dengan pekerjaannya.
2.Merasa terbebani dengan pekerjaannya. Itu biasanya karena malas
3.Karena ketidakmampuan
4.Karena faktor lingkungan yang tidak mendukung, baik lingkungan fisik seperti suasana kerja, lingkungan keluarga, dan faktor-faktor psikologis lainnya.
Solusi yang mungkin bisa membantu kita adalah:
1.Jika faktor pertama yang menjangkiti anda, maka jadikanlah pekerjaan anda sebagai sesuatu yang dilaksanakan dengan hati nurani, ibadah dan keikhlasan. Buang rasa pamrih anda. Ada atau tidak ada pujian, ada atau tidak ada uang yang akan anda peroleh dari pekerjaan itu, anda kerjakanlah dengan profesional dan dengan hati nurani… maka ia akan terasa ringan.. Niatkanlah bahwa keikhlasan itu adalah pengabdian anda pada Tuhan.
2.Jika faktor kedua, yang menyebabkan anda tersiksa dalam pekerjaannya, maka buanglah rasa malas anda jauh-jauh dan niatkan berja adalah ibadah
3.Kalau karena ketidak mampuan, anda harus belajar dan membaca buku atau aturan terkait, atau cari tahu dari situs-situs terkait dengan pekerjaan anda.
4.Jika faktor keempat yang menyebabkan anda tidak enjoy… anda diminta untuk untuk mampu memilah-milah perasaan psikologis anda untuk tidak larut dalam keadaan lingkungan yang tidak mendukung suasana kerja anda. Anda harus ingat bahwa seorang hidup tidak akan selalu dalam kenyamanan. Suasana bathin yang ada alami adalah dalam rangka pendewasaan diri. Seseorang tidak akan pernah lulus dan naik kelas tanpa melalui ujian…!
Nah… mari kita coba bekerja dengan hati nurani dan keikhlasan, kalau ada hasilnya dari pekerjaan itu, kita anggap sebagai efek samping dari kewajiban yang kita lakukan… bukan tujuan utama… tapi pekerjaan adalah kewajiban yang mesti kita kerjakan dengan ikhlas dan profesional. Rasakan sensasi bila anda ikhlas dan enjoy dalam bekerja…! Jangan anda terkungkung dengan pekerjaan anda sendiri.
Ada beberapa sebab orang merasa tidak enjoy dan tersiksa dengan pekerjaannya:
1.Karena bekerja dengan pamrih, yakni mengharapkan sesuatu, mulai dari hal-hal yang kecil seperti pujian, bahkan sampai pada hal yang mendasarkan seperti kebutuhan hidup. Kemudian yang diharapkan itu tidak didapatkan dalam pekerjaan, maka seseorang akan merasa tidak nyaman dengan pekerjaannya.
2.Merasa terbebani dengan pekerjaannya. Itu biasanya karena malas
3.Karena ketidakmampuan
4.Karena faktor lingkungan yang tidak mendukung, baik lingkungan fisik seperti suasana kerja, lingkungan keluarga, dan faktor-faktor psikologis lainnya.
Solusi yang mungkin bisa membantu kita adalah:
1.Jika faktor pertama yang menjangkiti anda, maka jadikanlah pekerjaan anda sebagai sesuatu yang dilaksanakan dengan hati nurani, ibadah dan keikhlasan. Buang rasa pamrih anda. Ada atau tidak ada pujian, ada atau tidak ada uang yang akan anda peroleh dari pekerjaan itu, anda kerjakanlah dengan profesional dan dengan hati nurani… maka ia akan terasa ringan.. Niatkanlah bahwa keikhlasan itu adalah pengabdian anda pada Tuhan.
2.Jika faktor kedua, yang menyebabkan anda tersiksa dalam pekerjaannya, maka buanglah rasa malas anda jauh-jauh dan niatkan berja adalah ibadah
3.Kalau karena ketidak mampuan, anda harus belajar dan membaca buku atau aturan terkait, atau cari tahu dari situs-situs terkait dengan pekerjaan anda.
4.Jika faktor keempat yang menyebabkan anda tidak enjoy… anda diminta untuk untuk mampu memilah-milah perasaan psikologis anda untuk tidak larut dalam keadaan lingkungan yang tidak mendukung suasana kerja anda. Anda harus ingat bahwa seorang hidup tidak akan selalu dalam kenyamanan. Suasana bathin yang ada alami adalah dalam rangka pendewasaan diri. Seseorang tidak akan pernah lulus dan naik kelas tanpa melalui ujian…!
Nah… mari kita coba bekerja dengan hati nurani dan keikhlasan, kalau ada hasilnya dari pekerjaan itu, kita anggap sebagai efek samping dari kewajiban yang kita lakukan… bukan tujuan utama… tapi pekerjaan adalah kewajiban yang mesti kita kerjakan dengan ikhlas dan profesional. Rasakan sensasi bila anda ikhlas dan enjoy dalam bekerja…! Jangan anda terkungkung dengan pekerjaan anda sendiri.
Jumat, 09 April 2010
MENJADI SEORANG PEMENANG
Setiap manusia yang dilahirkan adalah seorang pemenang. Hal ini tampak ketika awal proses terbentuknya manusia. Untuk dapat membuahi sel telur, sperma harus berjuang keras untuk mencapainya, berjuta-juta sel sperma berlomba, beradu kecepatan, kekuatan, dan ketahanan untuk dapat membuahi satu sel telur dan akhirnya sel sperma yang tercepat dan terkuatlah yang mampu membuahi sel telur dan menjadi janin, itulah cikal bakal kita. Proses tersebut menunjukkan kepada kita bahwasanya kita adalah seorang pemenang yang telah berhasil mengalahkan berjuta-juta kompetitor kita. Namun sayang, ketika kita tiba di dunia, banyak orang yang menjadi manusia pesimis dan mudah menyerah ketika menghadapi tantangan dan kesulitan hidup. banyak orang yang hanya menjadi pecundang dalam hidup tanpa berbuat apa-apa.
Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Banyak sekali faktor yang mempengaruhi hal tersebut, tapi faktor yang paling dominan adalah faktor mental. Kebanyakan dari kita hidup dan dibesarkan di lingkungan yang pesimis, dan di sekolah pun kita tidak pernah diajarkan bagaimana cara memiliki atau menumbuhkan mental positif. Di sekolah, jika kita mendapat nilai jelek atau tidak bisa menjawab pertanyaan, kita akan dianggap orang yang bodoh. padahal setiap orang mempunyai kemampuan yang berbeda-beda.
Untuk menumbuhkan kembali mental kita sebagai seorang pemenang, langkah pertama yang harus kita ambil adalah merubah mental kita menjadi mental juara. Apapun hambatan yang menghadang, kita harus bisa menyugesti diri sendiri bahwa kita mampu melewatinya. Bagaimana pun keadaan kita saat ini—memperihatinkan atau mengenaskan–kita harus bisa meyakinkan diri bahwa kita adalah Pemenang Sejati. Dengan begitu, akan ada motivasi dari dalam yang akan membangkitkan semangat agar kita bisa bangkit dan keluar dari belenggu diri.
Memang tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini. Setiap diri kita pasti punya kekurangan atau kelemahan. Tapi bukan berarti kita harus bersedih atau putus asa karena kelemahan tersebut. Kabar baiknya adalah bahwa Tuhan itu Maha Adil; selain kelemahan, ternyata kita juga dikaruniai kelebihan atau keunikan yang melekat pada diri kita. Satu-satunya jalan adalah kita harus memfokuskan perhatian pada kelebihan dan keunikan diri kita tersebut sehingga hal itu bisa menjadi sumber kekuatan untuk menggali potensi agar kita menjadi manusia yang luar biasa. Dari sini kita bisa memahami bagaimana pentingnya memiliki mental juara.
Mental juara akan memberikan keyakinan dan kepercayaan dalam diri kita sehingga kita berani bermimpi untuk memperoleh kesuksesan dan kebahagiaan di masa depan. Mental juara juga akan menyebabkan kita menjadi seorang yang optimis dan tidak takut menghadapi semua resiko dari pilihan hidup yang kita buat.
Sebagaimana proses awal penciptaan diri kita; kita adalah seorang pemenang dan memang “dilahirkan untuk menang” maka menjadi seorang pemenang adalah hak saya, hak Anda, hak kita semua. Mulailah dengan memiliki mental juara dan yakinkan diri kita bahwa menjadi pemenang adalah hak kita. Kita tidak hanya bisa menjadi penonton para juara, tapi kita juga bisa menjadi sang Juara sejati. Seorang pemenang sejati adalah orang yang memperoleh kemenangan untuk diri sendiri dan mampu membantu orang lain untuk memperoleh kemenangan pula. Seorang pemenang sejati menyukai win-win solution dan tidak berusaha untuk mengalahkan orang lain. Karena sesungguhnya untuk memperleh kemenangan sejati, yang harus kita kalahkan adalah diri kita sendiri, yaitu sifat-sifat negatif yang ada dalam diri, seperti rasa malas, penakut, pesimis, dll.
Percayalah, menjadi seorang pemenang adalah hak Anda! Anda adalah sang juara sejati…!
Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Banyak sekali faktor yang mempengaruhi hal tersebut, tapi faktor yang paling dominan adalah faktor mental. Kebanyakan dari kita hidup dan dibesarkan di lingkungan yang pesimis, dan di sekolah pun kita tidak pernah diajarkan bagaimana cara memiliki atau menumbuhkan mental positif. Di sekolah, jika kita mendapat nilai jelek atau tidak bisa menjawab pertanyaan, kita akan dianggap orang yang bodoh. padahal setiap orang mempunyai kemampuan yang berbeda-beda.
Untuk menumbuhkan kembali mental kita sebagai seorang pemenang, langkah pertama yang harus kita ambil adalah merubah mental kita menjadi mental juara. Apapun hambatan yang menghadang, kita harus bisa menyugesti diri sendiri bahwa kita mampu melewatinya. Bagaimana pun keadaan kita saat ini—memperihatinkan atau mengenaskan–kita harus bisa meyakinkan diri bahwa kita adalah Pemenang Sejati. Dengan begitu, akan ada motivasi dari dalam yang akan membangkitkan semangat agar kita bisa bangkit dan keluar dari belenggu diri.
Memang tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini. Setiap diri kita pasti punya kekurangan atau kelemahan. Tapi bukan berarti kita harus bersedih atau putus asa karena kelemahan tersebut. Kabar baiknya adalah bahwa Tuhan itu Maha Adil; selain kelemahan, ternyata kita juga dikaruniai kelebihan atau keunikan yang melekat pada diri kita. Satu-satunya jalan adalah kita harus memfokuskan perhatian pada kelebihan dan keunikan diri kita tersebut sehingga hal itu bisa menjadi sumber kekuatan untuk menggali potensi agar kita menjadi manusia yang luar biasa. Dari sini kita bisa memahami bagaimana pentingnya memiliki mental juara.
Mental juara akan memberikan keyakinan dan kepercayaan dalam diri kita sehingga kita berani bermimpi untuk memperoleh kesuksesan dan kebahagiaan di masa depan. Mental juara juga akan menyebabkan kita menjadi seorang yang optimis dan tidak takut menghadapi semua resiko dari pilihan hidup yang kita buat.
Sebagaimana proses awal penciptaan diri kita; kita adalah seorang pemenang dan memang “dilahirkan untuk menang” maka menjadi seorang pemenang adalah hak saya, hak Anda, hak kita semua. Mulailah dengan memiliki mental juara dan yakinkan diri kita bahwa menjadi pemenang adalah hak kita. Kita tidak hanya bisa menjadi penonton para juara, tapi kita juga bisa menjadi sang Juara sejati. Seorang pemenang sejati adalah orang yang memperoleh kemenangan untuk diri sendiri dan mampu membantu orang lain untuk memperoleh kemenangan pula. Seorang pemenang sejati menyukai win-win solution dan tidak berusaha untuk mengalahkan orang lain. Karena sesungguhnya untuk memperleh kemenangan sejati, yang harus kita kalahkan adalah diri kita sendiri, yaitu sifat-sifat negatif yang ada dalam diri, seperti rasa malas, penakut, pesimis, dll.
Percayalah, menjadi seorang pemenang adalah hak Anda! Anda adalah sang juara sejati…!
potensi manusia
Manusia diciptakan sebagai makhluk paling mulia dan terbaik di antara makhluk ciptaan Tuhan lainnya karena dibekali berbagai macam potensi yang tidak dimiliki oleh makhluk lain. Namun terkadang, kita tidak sadar bahkan tidak tahu sama sekali apa potensi yang ada pada diri kita sehingga terkadang kita hidup dengan kondisi seadanya, mudah menyerah dan tidak mempunyai impian besar. Kita menjalani rutinitas hidup apa adanya tanpa ada kekuatan untuk menjadikan hidup kita lebih baik.
Jika kita mau merenung, sebenarnya ketika kita diciptakan, Tuhan pasti tidak akan membiarkan hamba-Nya hidup dalam kesengsaraan dan penderitaan. Maka dari itulah Tuhan membekali manusia dengan segenap potensi yang ada dalam dirinya. Potensi itu meliputi: potensi jasmani (fisik), ruhani (spiritual), dan akal (mind). Ketiga potensi ini akan memberikan kemampuan kepada manusia untuk menentukan dan memilih jalan hidupnya sendiri. Manusia diberi kebebasan untuk menentukan takdirnya. Semua itu tergantung dari bagaimana mereka memanfaatkan potensi yang melekat dalam dirinya.
Ketiga potensi tersebut saling menunjang dan melengkapi, tetapi dari ketiga komponen itu, potensi spiritual dan akal memegang peranan penting dalam menentukan kesuksesan seseorang dalam kehidupan, sebab dari kedua potensi itulah manusia akan tahu kemana akan melangkah, apa yang diinginkan, dan apa yang harus dilakukan. Potensi fisik hanya menunjang kedua potensi tersebut agar lebih sempurna, walau peranannya juga tidak bisa disepelekan.
Banyak orang yang mengeluh ketika dikaruniai fisik yang kurang sempurna. Mereka merasa seakan-akan hidupnya tidak berguna. Akhirnya mereka menjadi orang-orang yang berputus asa dan menjadi beban bagi orang lain. Mereka melupakan potensi akal dan spiritual yang dikaruniakan Tuhan. Dalam sejarah kehidupan manusia, ada banyak orang-orang yang luar biasa, mereka dikaruniai keterbatasan fisik, tetapi justru dengan itulah mereka dapat menghasilkan prestasi yang mengagumkan. Mereka menjadikan keterbatasan mereka sebagai motivasi untuk meraih prestasi tinggi. Seperti Hirotada Ototake, orang Jepang yang ketika dilahirkan tidak mempunyai tangan dan kaki tetapi ia tidak pernah menyerah, ia berusaha untuk hidup normal dan berprestasi. Ia pernah menjadi ketua OSIS di SMAnya, menjuarai kontes bahasa Inggris, dan berhasil masuk di salah satu perguruan tinggi terbaik di Jepang. Saat ini ia merupakan seorang motivator laris dan menulis buku berjudul “No One’s Perfect”.
Apapun adanya diri kita sekarang, selama kita masih mempunyai impian yang kuat, semangat membara, dan kebiasaan bertindak, dan ketekunan, kita pasti akan memperoleh apa yang kita inginkan.
Jika kita mau merenung, sebenarnya ketika kita diciptakan, Tuhan pasti tidak akan membiarkan hamba-Nya hidup dalam kesengsaraan dan penderitaan. Maka dari itulah Tuhan membekali manusia dengan segenap potensi yang ada dalam dirinya. Potensi itu meliputi: potensi jasmani (fisik), ruhani (spiritual), dan akal (mind). Ketiga potensi ini akan memberikan kemampuan kepada manusia untuk menentukan dan memilih jalan hidupnya sendiri. Manusia diberi kebebasan untuk menentukan takdirnya. Semua itu tergantung dari bagaimana mereka memanfaatkan potensi yang melekat dalam dirinya.
Ketiga potensi tersebut saling menunjang dan melengkapi, tetapi dari ketiga komponen itu, potensi spiritual dan akal memegang peranan penting dalam menentukan kesuksesan seseorang dalam kehidupan, sebab dari kedua potensi itulah manusia akan tahu kemana akan melangkah, apa yang diinginkan, dan apa yang harus dilakukan. Potensi fisik hanya menunjang kedua potensi tersebut agar lebih sempurna, walau peranannya juga tidak bisa disepelekan.
Banyak orang yang mengeluh ketika dikaruniai fisik yang kurang sempurna. Mereka merasa seakan-akan hidupnya tidak berguna. Akhirnya mereka menjadi orang-orang yang berputus asa dan menjadi beban bagi orang lain. Mereka melupakan potensi akal dan spiritual yang dikaruniakan Tuhan. Dalam sejarah kehidupan manusia, ada banyak orang-orang yang luar biasa, mereka dikaruniai keterbatasan fisik, tetapi justru dengan itulah mereka dapat menghasilkan prestasi yang mengagumkan. Mereka menjadikan keterbatasan mereka sebagai motivasi untuk meraih prestasi tinggi. Seperti Hirotada Ototake, orang Jepang yang ketika dilahirkan tidak mempunyai tangan dan kaki tetapi ia tidak pernah menyerah, ia berusaha untuk hidup normal dan berprestasi. Ia pernah menjadi ketua OSIS di SMAnya, menjuarai kontes bahasa Inggris, dan berhasil masuk di salah satu perguruan tinggi terbaik di Jepang. Saat ini ia merupakan seorang motivator laris dan menulis buku berjudul “No One’s Perfect”.
Apapun adanya diri kita sekarang, selama kita masih mempunyai impian yang kuat, semangat membara, dan kebiasaan bertindak, dan ketekunan, kita pasti akan memperoleh apa yang kita inginkan.
Aku bahagia telah menikah
Aku bahagia telah menikah krn ak merasa menjadi hamba yg sempurna dgn mampu berbagi ttg hal-hal yg selama ini ak miliki&bisa ak lakukan sendiri.Sebuah pembelajaran yg sempurna sbg seorang makhluk krn ak harus menundukkan sgl arogansi kesendirianku demi kebahagiaan orang yg tlh dikirim ALLAH SWT utk berbagi dgnku dgn seluruh kasih sayang&ketulusan yg ak punya.Utk itu ak merasa sangat berarti berada di muka bumi ini
MENGENALI POTENSI DIRI
MENGENALI POTENSI DIRI
Pada dasarnya setiap manusia memiliki kekuatan dan potensi masing-masing. Tapi sampai saat ini masih banyak yang belum menyadari potensi di dalam dirinya sendiri. Padahal potensi setiap orang sangat menunjang kesuksesan hidupnya jika diasah dengan baik. Nah kalo pengin tau potensi diri anda, coba deh ikuti tipsnya:
Kenali diri sendiri
Coba buat daftar pertanyaan, seperti: apa yang membuat anda bahagia; apa yang anda inginkan dalam hidup ini; apa kelebihan dan kekuatan anda; dan apa saja kelemahan anda. Kemudian jawablah pertanyaan ini secara jujur dan objektif. Mintalah bantuan keluarga atau sahabat untuk menilai kelemahan dan kekuatan anda.
Tentukan tujuan hidup
Tentukan tujuan hidup anda baik itu tujuan jangka waktu pendek maupun jangka panjang secara realistis. Realistis maksudnya yang sesuai dengan kemampuan dan kompetensi anda. Menentukan tujuan yang jauh boleh aja asal diikuti oleh semangat untuk mencapainya.
Kenali motivasi hidup
Setiap manusia memiliki motivasi tersendiri untuk mencapai tujuan hidupnya. Coba kenali apa motivasi hidup anda, apa yang bisa melecut semangat anda untuk menghasilkan karya terbaik, dll. Sehingga anda memiliki kekuatan dan dukungan moril dari dalam diri untuk menghasilkan yang terbaik.
Hilangkan negative thinking
Enyahkan pikiran-pikiran negatif yang bisa menghambat langkah anda mencapai tujuan. Setiap kali anda menghadapi hambatan, jangan menyalahkan orang lain. Lebih baik coba evaluasi kembali langkah anda mungkin ada sesuatu yang perlu diperbaiki. Kemudian melangkahlah kembali jika anda telah menemukan jalan yang mantap.
Jangan mengadili diri sendiri
Jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan dalam mencapai tujuan anda, jangan menyesali dan mengadili diri sendiri berlarut-larut. Hal ini hanya akan membuang waktu dan energi. Bangkit dan tataplah masa depan. Jadikan kegagalan sebagai pengalaman dan bahan pelajaran untuk maju.
Kini anda sudah tau kan cara mengetahui potensi diri anda? Ingat, potensi anda adalah kekuatan anda untuk menggapai sukses. So, mulai sekarang ketahuilah dan galilah potensi diri anda. Semoga sukses..!
Pada dasarnya setiap manusia memiliki kekuatan dan potensi masing-masing. Tapi sampai saat ini masih banyak yang belum menyadari potensi di dalam dirinya sendiri. Padahal potensi setiap orang sangat menunjang kesuksesan hidupnya jika diasah dengan baik. Nah kalo pengin tau potensi diri anda, coba deh ikuti tipsnya:
Kenali diri sendiri
Coba buat daftar pertanyaan, seperti: apa yang membuat anda bahagia; apa yang anda inginkan dalam hidup ini; apa kelebihan dan kekuatan anda; dan apa saja kelemahan anda. Kemudian jawablah pertanyaan ini secara jujur dan objektif. Mintalah bantuan keluarga atau sahabat untuk menilai kelemahan dan kekuatan anda.
Tentukan tujuan hidup
Tentukan tujuan hidup anda baik itu tujuan jangka waktu pendek maupun jangka panjang secara realistis. Realistis maksudnya yang sesuai dengan kemampuan dan kompetensi anda. Menentukan tujuan yang jauh boleh aja asal diikuti oleh semangat untuk mencapainya.
Kenali motivasi hidup
Setiap manusia memiliki motivasi tersendiri untuk mencapai tujuan hidupnya. Coba kenali apa motivasi hidup anda, apa yang bisa melecut semangat anda untuk menghasilkan karya terbaik, dll. Sehingga anda memiliki kekuatan dan dukungan moril dari dalam diri untuk menghasilkan yang terbaik.
Hilangkan negative thinking
Enyahkan pikiran-pikiran negatif yang bisa menghambat langkah anda mencapai tujuan. Setiap kali anda menghadapi hambatan, jangan menyalahkan orang lain. Lebih baik coba evaluasi kembali langkah anda mungkin ada sesuatu yang perlu diperbaiki. Kemudian melangkahlah kembali jika anda telah menemukan jalan yang mantap.
Jangan mengadili diri sendiri
Jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan dalam mencapai tujuan anda, jangan menyesali dan mengadili diri sendiri berlarut-larut. Hal ini hanya akan membuang waktu dan energi. Bangkit dan tataplah masa depan. Jadikan kegagalan sebagai pengalaman dan bahan pelajaran untuk maju.
Kini anda sudah tau kan cara mengetahui potensi diri anda? Ingat, potensi anda adalah kekuatan anda untuk menggapai sukses. So, mulai sekarang ketahuilah dan galilah potensi diri anda. Semoga sukses..!
Langganan:
Postingan (Atom)